1. HOME
  2. INSPIRATORY
FINANCE

Jatuh Bangun Pebisnis Toko Buku di Pinggir Stasiun UI

Banyak bisnis yang hidup di sekitar kampus. Mulai dari makanan, kos-kosan, alat tulis, hingga toko buku murah.

By Dian Rosalina 26 Januari 2016 12:12
Indra 'Bookstore' di dekat Stasiun UI, Depok (Money.id/Dian Rosa)

Money.id - Berbisnis bisa dilakukan di berbagai tempat, asalkan terdapat konsumen potensial dan barang yang dijual sesuai dengan target pembeli. Tempat yang paling potensial untuk berbisnis salah satunya adalah di sekitar kampus.

Banyak bisnis yang hidup di sekitar kampus. Mulai dari makanan, kos-kosan, alat-alat tulis, hingga toko buku murah. Potensi itulah yang dimanfaatkan oleh Indra untuk membuka toko buku baru dan bekas di dekat Stasiun Universitas Indonesia (UI).

Di tengah maraknya buku-buku palsu dan e-book, toko buku 'Indra Bookstore' masih terus bertahan. Ia telah membuka toko bukunya tersebut sejak tahun 2013 lalu. Lokasinya yang strategis, karena dekat dengan tempat perkuliahan membuat konsumennya rata-rata adalah mahasiswa.

"Toko saya biasanya ramai pada saat tahun ajaran baru dimulai. Banyak mahasiswa yang mencari buku ke tempat saya karena terkenal murah dan kualitas asli," ujar Indra saat Money.id wawancarai di toko bukunya, Gang Sawo Stasiun UI, Margonda Depok, Selasa 26 Januari 2016.

Saat mulai tahun ajaran baru, banyak mahasiswa yang membeli buku ke tokonya. Biasanya Indra bisa meraup keuntungan hingga Rp300 juta per bulan. Namun tidak selalu nilai keuntungan tersebut dia raih. Jika toko sedang sepi, Indra hanya mendapatkan sekitar Rp5 juta per hari.

"Ya tergantung sih, kalau sedang ramai yang bisa dapat segitu. Tapi kalau sedang sepi seperti sekarang ini ya saya bisa dapat kira-kira Rp5 juta paling banyak," kata dia.

Indra mengaku perhitungan modal untuk berbelanja buku cukup rumit. Misalnya jika sedang ramai pembeli dan banyak pesanan dari mahasiswa, dia bisa membelanjakan Rp100 juta. Itu pun hanya dapat beberapa buku saja, karena harga buku tergantung besar-kecil dan kebaruan dari buku tersebut.

Lebih baik disumbangkan

Namun diakui Sarjana Ilmu Komputer ini berbisnis toko buku di dekat UI memang menguntungkan. Tetapi ada kalanya, bisnis buku ini seperti 'gali lubang tutup lubang'. Misalnya dia meminjam modal dengan bunga 5 persen setiap bulannya, jika dia meminjam Rp100 juta, maka setiap bulannya setidaknya Indra harus membayar Rp5 juta hanya untuk bunganya saja.

"Kalau ada yang tidak laku pada akhirnya buku itu menumpuk dan bahkan bisa sampai bertahun-tahun. Pernah waktu itu ada saya modal Rp30 juta untuk membeli satu macam buku tapi ternyata yang terjual cuma sedikit. Ya yang balik modal cuma Rp5 juta, sisanya Rp25 juta masih di gudang menumpuk jadi buku," kata Indra sambil membungkus buku-buku.

Pemilik toko yang memiliki ratusan ribu koleksi tersebut akan menjual buku-bukunya jika sudah lama. Biasanya ia menjualnya secara kiloan. Indra merasa daripada memusnahkannya, lebih baik menjualnya agar berguna untuk orang lain.

"Istilahnya itu membantu sih, untuk orang lain yang susah dapat akses buku. Rencananya saya akan menjualnya ke Lampung. Soalnya di sana masih susah untuk mendapatkan buku-buku seperti ini. Tidak seperti di Jakarta," ujarnya.

Sebagai penjual buku harapan Indra sebenarnya tidak banyak. Dia berharap banyak reseller yang ingin bekerja sama dengannya. Tak hanya di seputar Jabodetabek saja, tapi hingga ke seluruh Indonesia. Selain itu, ia hanya ingin membantu mahasiswa-mahasiswa yang sering kesulitan mendapatkan suatu buku. Karena tidak semua buku yang mereka cari tersedia di toko buku.

"Sebenarnya keresahan kami sebagai penjual buku di toko kecil seperti ini. Bukan takut tergusur oleh orang-orang namun karena teknologi. Jaman sekarang itu orang tidak usah repot-repot lagi buat cari buku di tempat. Tapi untuk ke depannya bisa saja beralih ke sana, sebenarnya buat sekarang kalau pondasi bisnis sudah kuat ya buat apa seperti itu sih," kata dia.

Pernah digusur PT KAI

Indra bercerita sebenarnya bisnis ini adalah bisnis keluarga yang dirintis sejak tahun 2003 silam. Sebelumnya mereka pernah membuka empat toko buku di stasiun Pondok Cina, Depok.

"Tapi waktu tahun 2013 lalu, keempat toko buku keluarga saya digusur oleh PT. KAI sebagai bagian dari program perluasan stasiun Pondok Cina. Saat itu kami merasa keberatan dan banyak mahasiswa yang menolong saya dan toko-toko lain pada waktu itu," cerita Indra.

Ia mengatakan bahkan mahasiswa sampai berunjuk rasa ke Balai Kota untuk menuntuk keadilan untuk para pedagang stasiun Pondok Cina. Akibat dari kejadian tersebut, banyak kerugian yang dirasakan oleh Indra dan keluarganya. Selain kehilangan tempat bisnisnya, kerugian materiil pun bisa dibilang tidak sedikit.

"Waktu pembongkaran itu, ada beberapa orang yang langsung merusak satu toko terakhir saya disitu. Padahal masih ada sebagian buku yang belum diangkut ke gudang. Ya, akibatnya saya merugi sampai Rp20 juta karena buku habis dijarah orang dan beberapa koleksi habis terkena hujan," kenang dia.

Sarjana Ilmu Komputer itu menjelaskan bahwa tidak ada ganti rugi secara nyata dari PT KAI akibat kerusakan dan kehilangan buku. Perusahaan BUMN tersebut hanya mengembalikan sisa kontrak sewa tempat, namun bukan secara keseluruhan.

"Mereka tidak mengganti secara keseluruhan. PT KAI hanya membayarkan sekitar Rp 93 juta untuk sisa biaya sewa tempat yang belum kami bayar. Menurut saya itu tidak sebanding dengan kerugian yang keluarga saya alami, yaitu hingga ratusan juta rupiah. Tapi sampai sekarang sedang diusut oleh Lembaga Bantuan Hukum agar ganti rugi tersebut bisa cair," kata Indra.

Baca Juga

(dr/dr)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section