1. HOME
  2. INSPIRATORY
INSPIRATIF

Dokter Tanpa Tarif Itu Bernama Lo Siauw Ging

Hampir seluruh warga Solo dan sekitarnya yang tidak mampu, dibantu pengobatannya oleh dokter Lo secara sukarela.

By Dwifantya Aquina 30 November 2015 15:11
Dokter Lo Siauw Ging (Mindtalk.com)

Money.id - Nama Lo Siauw Ging mungkin tidak akrab di telinga masyarakat Solo. Tapi bila nama panggilannya disebut, yakni dokter Lo, sebagian besar warga pasti mengenalnya.

Dokter Lo dikenal sebagai dokter yang dermawan. Dokter keturunan Tionghoa yang kini telah berusia 81 tahun ini dikenal luas bukan hanya karena diagnosa dan obat yang diberikannya selalu tepat, tapi juga karena ia tidak pernah meminta bayaran dari pasiennya.

Setiap hari puluhan pasien antre di ruang tunggu kliniknya yang menjadi satu dengan tempat tinggalnya di Jalan Yap Tjwan Bing 27, Purwodiningratan, Jagalan, Solo. Klinik Dokter Lo selalu dipenuhi pasien, khususnya saat jam buka praktik antara pukul 06.00 hingga 09.00 WIB dan pukul 16.00 hingga 20.00 WIB.

Pasiennya berasal dari berbagai kalangan, mulai tukang becak, pedagang kaki lima, buruh pabrik, karyawan swasta, pegawai negeri, hingga pengusaha.

Tidak hanya datang dari Solo, pasien Dokter Lo juga berasal dari kota-kota di sekitarnya, seperti Sukoharjo, Sragen, Karanganyar, Boyolali, Klaten, dan Wonogiri.

Keistimewaan Dokter Lo selain tidak pernah memasang tarif pada pasiennya, juga tak pernah membedakan pasien kaya dan miskin. Ia justru marah jika ada pasien yang menanyakan ongkos periksa padahal ia tidak punya uang.

“Dari jumlah sekitar 60 pasien setiap harinya, sekitar 70 pasien memang tidak membayar, sedangkan sisanya sekitar 30 persen adalah pasien yang membayar. Prinsip saya memang untuk menolong. Kalau yang punya mau bayar ya silakan, kalau nggak ya nggak apa-apa karena saya tidak pasang tarif,” kata dia.

Bahkan, selain membebaskan biaya periksa, tak jarang Dokter Lo juga membantu pasien yang tidak mampu menebus resep. Ia akan menuliskan resep dan meminta pasien mengambil obat ke apotek tanpa harus membayar. Pada setiap akhir bulan, pihak apotek yang akan menagih harga obat kepadanya.

“Saya yang aktif menanyai pasien, ada uang tidak untuk membeli obat. Kalau tidak punya, biar nanti apotik menagih ke saya untuk biaya pembelian obat pasien tersebut,” ucapnya.

Perlakuan ini bukan hanya untuk pasien yang periksa di tempat praktiknya, tapi juga berlaku untuk pasien-pasien rawat inap di rumah sakit tempatnya bekerja, RS Kasih Ibu. Alhasil, Dokter Lo harus membayar tagihan resep antara Rp8 juta hingga Rp10 juta setiap bulan.

Jika biaya perawatan pasien cukup besar, misalnya, harus menjalani operasi, ia tidak menyerah. Ia akan turun sendiri untuk mencari donatur. Bukan sembarang donatur, sebab hanya donatur yang bersedia tidak disebutkan namanya yang akan didatangi Lo.

Meski banyak donatur yang bersedia membantu, tak jarang Dokter Lo nombok untuk membayar pengobatan dan biaya obat pasien-pasiennya.

Menurut dokter lulusan Universitas Airlangga itu, salah satu donatur tetapnya adalah mantan pasien yang pernah ditolongnya. Ketika masih usia anak-anak, pasien yang saat ini menjadi donatur itu beberapa kali dibawa ibunya untuk diperiksa.

Karena untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari sulit, ia pun membebaskan biaya periksa dan obatnya.

“Dulu kondisi ekonomi orangtuanya miskin total, tidak punya apa-apa. Tetapi kini, pasien itu telah menjadi 'orang' di Amerika. Mantan pasien itu saat ini menjadi donatur,” ungkapnya.

Gaya bicara Dokter Lo tegas cenderung galak. Tidak jarang ia memarahi pasien yang menganggap enteng penyakitnya. Ia bercerita pernah sangat marah kepada seorang ibu karena baru membawa anaknya berobat setelah mengalami panas tinggi selama empat hari.

Toh meski galak, Lo tetap dicintai. Ia menjadi rujukan berobat terutama bagi mereka yang tidak mampu. Namun dokter kelahiran Magelang ini merasa apa yang ia lakukan bukan sesuatu yang luar biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan.

“Tugas dokter itu menolong pasiennya agar sehat kembali. Apa pun caranya. Saya hanya membantu mereka yang membutuhkan pertolongan dokter. Tidak ada yang istimewa, ” tuturnya.

Suka Artikel Ini? Klik Like

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section