1. HOME
    2. INSPIRATORY
INSPIRATORY PENDIDIKAN

Tukang Parkir Bangun Proyek Akhirat Sekolah Gratis

Undang Suryaman seorang tukang parkir di kampus FIKOM UNPAD berhati mulia. Dia mendirikan sekolah TK gratis untuk anak-anak.

By Rohimat Nurbaya 21 September 2015 14:49
Undang Suryaman tukang parkir di kampus FIKOM UNPAD jadi pendiri sekolah gratis

Money.id - Undang Suryaman (39), seorang tukang parkir di kawasan kampus Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) memiliki hati mulia. Pria yang akrab disapa Jek itu nekat membuat sekolah taman kanak-kanak (TK) dan Taman Pendidikan Alquran (TPA) gratis. Padahal penghasilannya pas-pasan.

Jek yang sudah 23 tahun menjadi tukang parkir tersebut mengubah pandangan negatif akan pekerjaan yang dilakoninya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa tukang parkir itu urakan dan sering berkelahi, karena sebagian besar waktunya dihabiskan di jalan.

Tetapi kenyataannya tidak demikian. Apa yang dilakukan Jek layaknya seorang berpendidikan tinggi dan memiliki wawasan sangat luas, serta memiliki visi dan harapan yang besar untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

Jek mengatakan, ide liarnya tersebut mulai muncul ketika melihat anak-anak usia sekolah tidak mendapatkan hak untuk mendapatkan pendidikan. Kata dia, mereka yang seharusnya belajar malah menghabiskan waktu untuk bermain dan membantu orangtuanya bekerja.

"Saya tanya mereka, bukan tidak mau sekolah tapi orangtuanya tidak punya biaya untuk menyekolahkan," kata Jek saat berbincang dengan Money.id, beberapa waktu lalu.

Sewa rumah mertua

Sekolah gratis yang digagas Jek diberi nama TK-TPA Al-Raudatul Jannah dan berada di Kampung Babakan Loak, RT 03, RW 12, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kini, sekolah tersebut sudah berjalan selama 4 tahun. Awalnya proses belajar mengajar dilakukan di sebuah masjid yang berada di kampungnya.

Tetapi, karena antusiasme dari masyarakat sangat besar dan murid di sekolah gratis tersebut bertambah banyak, kemudian dia menyewa sebuah rumah yang letaknya tidak jauh dari masjid yang awalnya dijadikan belajar anak-anak.

"Tapi setelah berjalan beberapa tahun, saya khawatir tidak sanggup membayar uang sewa, jadi pindah ke rumah mertua saya," ucap dia.

Jek menuturkan, meski diany memanfaatkan rumah mertuaa untuk sekolah gratis itu, bukan berarti dia bebas dari biaya sewa rumah. Jek tetap harus membayar sebesar Rp2,5 juta per tahun. Uang itu murni dikeluarkan dari kantongnya sendiri.

"Kalau saya tidak bayar ke mertua kan tidak enak. Masalahnya masih ada adik-adik istri saya dan keluarga lainnya. Untuk menjaga kepercayaan dan silaturahmi, saya tetap bayar kontrakan ke mertua," terang dia.

Alasan utama Jek menyewa rumah mertua karena berharap kelonggaran soal pembayaran uang kontrakkan untuk sekolah tersebut. Kata dia, kalau masalah uang, urusan dengan keluarga tidak seketat dengan orang lain.

"Jadi apabila belum ada uang waktu pembayarannya kan bisa sedikit diulur," tutur Jek.

Komentar

Recommended

More From Inspiratory Section