1. HOME
    2. INSPIRATORY
FASHION

Dari Tenun Ikat, Pengusaha Ini Raup Puluhan Juta Rupiah

Dengan kisaran harga mulai dari Rp80 ribu hingga Rp250 ribu, Shenia dan sang adik bisa mengantongi keuntungan fantastis.

By Dian Rosalina 26 Mei 2016 07:31
Shenia Ananda, pemilik Tenun Ikat Shop (Money.id/Dian Rosa)

Money.id - Busana dari kain-kain tradisional kini mulai diminati oleh masyarakat. Semakin hari banyak desainer membuat perpaduan antara bentuk modern dengan kain-kain tradisional agar mudah diterima juga oleh anak-anak muda.

Itulah yang mendasari Shenia Ananda dan Rieska Masera merintis bisnis fashion dari kain tradisional Tenun Ikat dari Jepara.

Saat ditemui Money.id di bilangan Jakarta Pusat, Kamis 26 Mei 2016, Shenia bercerita pada 2013, awalnya kedua wanita yang saat itu masih bekerja di perusahaan swasta, baru mengenal Instagram yang ternyata bisa dijadikan media untuk mempromosikan suatu barang.

Shenia mulai tertarik melihat beberapa selebriti yang saat itu cukup terkenal di Instagram seperti Andien. Penyanyi tersebut selalu memakai kain tenun tradisional yang dirancang menjadi pakaian modern oleh perancang Didiet Maulana. Dari situlah awal mula ia memiliki ide berbisnis busana dengan bahan tenun ikat.

Seperti yang diketahui, saat itu tenun ikat memiliki harga yang sangat mahal, yaitu berkisar jutaan rupiah. Namun wanita lulusan Universitas Indonesia itu mencari kain tenun dengan harga yang relatif agak murah.

"Aku cari tahu dengan membeli kain tenun asal Bali. Tapi sayang yang datang bukan tenun asli, melainkan tenun printing. Di luar ekspetasiku sih. Tapi setelah cari lagi di Internet, aku menemukan satu pengrajin di daerah Jepara yang menjual tenun ikat yang jauh lebih murah tapi kualitas sama bagusnya dengan tenun Bali atau Lombok," cerita Shenia.

Saat dia pergi ke sana, ia baru mengetahui salah satu desa yang ada di Jepara bernama Troso, hampir 90 persen penduduknya berprofesi sebagai penenun kain tenun ikat. Setelah beli banyak kain, ternyata harganya pun sangat jauh di bawah harga tenun pada umumnya.

Shenia mengungkapkan harga per meternya hanya berkisar Rp60 ribu. Walaupun kain tenun tersebut tidak tebal seperti tenun Bali atau Lombok yang dibuat berbulan-bulan, serat tenun ikat Jepara lebih terasa.

Tidak tanggung-tanggung, modal yang dia keluarkan untuk membeli kain itu pun mencapai Rp10 juta. Awal-awal ia mencoba sistem Pre-Order yang mengharuskan dia bermodalkan kain sekitar Rp5 juta.

"Setelah banyak permintaan aku akhirnya coba sistem ready stock, nah akhirnya aku tambah lagi modal Rp5 juta. Kira-kira waktu itu aku ambil sampai 10 potong kain, dari modal itu dalam sebulan aku bisa memproduksi 20 pieces baju, sudah begitu cepat sekali habisnya," ujar Shenia.

Wanita berkacamata itu pun memproduksi busana mulai dari baju, rok, bucket hat, dan celana. Tapi melihat bahan sisa kain masih banyak, ia pun berinisiatif memanfaatkannya menjadi jam, dompet, clutch, notes, dan aksesoris.

Dengan kisaran harga mulai dari Rp80 ribu hingga Rp250 ribu, Shenia dan sang adik bisa mengantongi keuntungan hingga Rp20 juta per bulannya.

NEXT: Kapok Andalkan Bazaar >>>

Baca Juga

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section