1. HOME
  2. INSPIRATORY
KISAH INSPIRATIF

Bocah Indonesia Gemparkan Kanada, Usia 12 Tahun Masuk Universitas

"Saya ingin mengubah dunia. Saya masih muda, dan saya masih punya banyak waktu untuk dunia ini," kata Diki.

By Rohimat Nurbaya 9 September 2016 13:13
Diki Suryaatmadja, Mahasiswa Kehormatan Universitas Waterloo (www.therecord.com)

Money.id - Bocah asal Indonesia membuat gempar Universitas Waterloo. Anak berusia 12 tahun bernama Diki Suryaatmadja itu, terpilih sebagai mahasiswa kehormatan jurusan fisika di universitas yang berada di Ontario, Kanada tersebut.

Di Indonesia, umumnya anak 12 tahun baru masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun Diki menempuh jalur akselerasi saat duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah. Semua dia jalani di negara tempat Diki lahir, Indonesia.

"Saya sangat senang, tapi merasa sedikit gugup karena transisi budaya," ujar Diki dikutip dari laman CTV News.

Di Universitas Waterloo, Diki tidak hanya belajar fisika. Dia juga mengambil kelas kimia, matematika dan ilmu ekonomi. Meski Diki baru tiba di Kanada awal pekan ini, dia telah berhasil memukau dunia pada kesan pertama menimba ilmu di negeri orang.

"Negara ini punya orang-orang yang baik. Mereka sangat ramah dan sopan," kata dia.

Tetapi, Diki mengaku agak khawatir dengan cuaca. Sebab, di negara yang sekarang ditinggalinya saat ini sedang mengalami musim dingin.

Diki juga mengaku khawatir, musim dingin di Kanada membuatnya tidak bisa menghabiskan banyak waktu untuk jogging atau melakukan aktivitas luar ruangan lainnya. Di sana Diki akan tinggal di luar kampus bersama keluarganya. Di sana dia tidak menjadi bagian dari aktivitas asrama kampus.

Pengelola universitas mengatakan mereka akan membantu Diki mengenali aktivitas sosial kampus. Mereka menyadari Diki tidak perlu begitu cepat bergaul bersama mahasiswa lain yang usianya jauh di atasnya.

"Anak 17 tahun sadar akan apa yang ada di sini, tapi terserah mereka jika ingin mengikuti kebiasaan itu," kata Andre Jardin, salah satu pengelola universitas bagian penerimaan mahasiswa baru.

"Tetapi karena dia masih berusia 12 tahun, kami merasa mungkin dia perlu panduan," lanjutnya.

Jardin menyebut salah satu contohnya mempertemukan Diki dengan pembimbing akademiknya secara langsung. Bagi mahasiswa lain, pengelola hanya perlu memberitahu siapa pembimbing akademik mereka, yang nantinya para mahasiswa yang akan menghubungi sendiri.

Pengelola universitas juga berjanji akan berusaha terus menjalin kontak dengan keluarga Diki. "Kami hanya ingin memastikan dia bisa terintegrasi secara sosial dan memiliki pengalaman luar biasa serta sukses, seperti kebanyakan mahasiswa lain," ucap Jardin.

"Dia sangat siap secara akademik. Apa yang harus kami sadari adalah kenyataan dia adalah anak 12 tahun," lanjutnya.

Jardin mengatakan para staf bagian seleksi mungkin telah membuat keputusan tanpa memperhatikan beberapa informasi seperti usia dan jenis kelamin. Kemudian aplikasi Diki telah diloloskan sebelum mereka menyadari usia anak tersebut.

"Dia punya nilai yang fenomenal," kata Jardin. Memang Diki memiliki nilai tertinggi dari siapapun mahasiswa lain yang diterima Universitas Waterloo tahun ini.

Tenyata Diki memang begitu bersemangat menjalani kuliah. Bahkan dia, bahkan telah menyiapkan rencana selama kuliah, membuat teknologi pembangkit energi alternatif berbiaya murah.

"Saya ingin mengubah dunia. Saya masih muda, dan saya masih punya banyak waktu untuk dunia ini," kata Diki.


Baca Juga

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section