1. HOME
  2. INSPIRATORY
INSPIRATORY BISNIS

Abdul si Penjual Pena, Kini Sukses Jadi Pengusaha

Kini Al-Attar mempunyai tiga usaha dan mempekerjakan 16 pengungsi Suriah lainnya.

By Rohimat Nurbaya 11 Desember 2015 13:00
Al-Attar pengungsi Palestina asal Suriah kini jadi pengusaha (huffingtonpost.com)

Money.id - Abdul Halim Al-Attar, seorang pengungsi Palestina asal Suriah yang difoto menjual pena di jalan Beirut, Lebanon kini jadi pengusaha sukses. Al-Attar kini memiliki tiga usaha.

Dikutip dari huffingtonpost.com, modal usaha Al-Attar didapat dari hasil penggalangan dana di dunia maya. Sejak fotonya di-posting di media sosial, bantuan mengalir deras hingga terkumpul sebanyak US$191 ribu atau setara Rp2,7 miliar.

Al-Attar penjual pena (Independent)

Sejak dua bulan lalu, pria 33 tahun tersebut membuka toko roti, kemudian buka usaha baru lagi toko kebab, lalu sebuah restoran kecil. Dia juga mempekerjakan 16 pengungsi Suriah.

Pada Agustus 2015 lalu, beredar foto-foto Al-Attar sedang membawa anak tidur di bahunya. Dia menjual pena kepada pengendara di Kota Beirut di tengah panas terik. Kejadian itu menyentuh hati orang di seluruh dunia.

Proses penggalangan

Salah satu orang yang tersentuh dengan penderitaan Al-Attar adalah seorang jurnalis dan web developer asal Norwegia bernama Gissur Simonarson.

Kemudian Simonarson membuat akun Twitter @buy_pens. Dalam waktu 30 menit, dana yang dibutuhkan senilai US$5 ribu dolar atau setara Rp70 juta langsung terkumpul.

Al-Attar (huffingtonpost.com)

Saat ditutup tiga bulan kemudian langsung terkumpul uang hampir 40 kali lipat dari jumlah semula setara US$188.685 atau sekitar Rp2,6 miliar. Lalu bertambah lagi sebesar US$2.324 atau sekitar Rp32 juta.

"Tidak hanya perubahan hidup saya, tetapi juga kehidupan anak-anak saya dan kehidupan orang-orang di Suriah," katanya.

Bangun bisnis

Dari hasil sumbangan tersebut, Al-Attar menyerahkan sekitar $25 ribu atau setara Rp349 juta kepada rekan-rekannya sesama pengungsi. Al-Attar juga membangun kehidupan lebih baik bagi keluarganya di Beirut. Namun istrinya kembali ke Suriah.

Selain bisnis makanan, Al-Attar juga membuatkan kamar tidur untuk dua anaknya. Mereka kini menempati sebuah apartemen dengan dua kamar tidur di Beirut Selatan.

Meski apartemen tersebut berisik karena masih belum beres dan menghadap langsung ke jalan raya, keluarga Al-Attar tampak sudah bahagia. Dia menampilkan foto-foto mainan anak-anaknya seperti ayunan dan beruang boneka yang jadi favorit anak-anaknya.

Anak paling besar Al-Attar, bernama Abdullelah (9) kini sudah kembali sekolah setelah tiga tahun terkatung-katung tanpa mengenyam pendidikan formal.

Awalnya Al-Attar bekerja pada sebuah pabrik cokelat di Yarmouk, sebuah kamp pengungsian warga Palestina di tepi selatan Kota Damaskus.

Kamp tersebut sekarang hancur akibat pertempuran. Meskipun dia pengungsi Suriah, Al-Attar merupakan warga Palestina yang tidak memiliki kewarganegaraan Suriah.

Pencairan sulit

Al-Attar hanya menerima 40 persen dari keseluruhan dana yang dikumpulkan, yakni US$168 ribu atau setara Rp2,3 miliar. Sebanyak US$20 ribu atau setara Rp279 juta digunakan untuk biaya perbankan.

Alasannya, PayPal tidak beroperasi di Lebanon, sehingga pada saat uang hasil penggalangan dana tersebut tersebut dibawa ke Lebanon secara estafet oleh kawan-kawan dekat Simonarson.

"Melihat dia membuka restoran dan anak-anaknya terlihat diurus, aku benar-benar senang," ucap Simonarson.

Al-Attar bersama anak (huffingtonpost.com)

Simonarson mengaku sedikit kecewa karena sulitnya pencairan dana, sebab di Lebanon sangat sudah untuk membuka rekening bagi seorang pengungsi.

"Setelah melihat betapa sulitnya pencairan dana dan komplikasi dengan pengungsi tidak bisa membuka rekening bank di Lebanon, saya berpikir ini akan menjadi pengumpulan dana terakhir saya," terangnya.

Meskipun Al-Attar merasa frustrasi dengan ketidakpastian kapan akan menerima sisa uangnya, dia masih merasa bersyukur, sebab dia dan 16 karyawannya masih beruntung memiliki pekerjaan di Lebanon.

Al-Attar kini berpenampilan lebih rapi (nbcnews)

Ada sekitar 1,2 juta orang pengungsi Suriah yang terdaftar di negara itu, sebagian besar dari mereka berjuang untuk menemukan pekerjaan. Berdasarkan laporan dari organisasi buruh Internasional hanya ada 2.014 orang pengungsi memiliki pekerjaan.

Al-Attar juga membiasakan dengan status barunya itu. Setelah terkatung-katung, kini dia sudah menemukan komunitasnya. Dia menganggap Suriah atau pun Lebanon sama-sama akan baik kepadanya. (ita)

 

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section