1. HOME
  2. FRESH
MONEY WEEKEND

Wisata Sejarah Lawang Sewu Berbau Mistis

Lawang Sewu menjadi saksi bisu penjajahan Belanda dan Jepang.

By Rizki Astuti 11 Maret 2016 12:07
Lawang Sewu (Instagram/galleryteddy)
Bila berkunjung ke Kota Semarang, rasanya tak lengkap jika tak mendatangi salah satu bangunan tua yang bersejarah ini. Ya, Lawang Sewu yang berada di kawasan Tugu Muda atau di sudut Jalan Pandanaran dan Jalan Pemuda.

Lawang Sewu menjadi pusat wisata menarik bagi para wisatawan lokal atau asing, karena berbagai sejarah dan mitos yang mengitarinya. Sebelum masuk ke dalam area tersebut, Anda sudah melihat banyak pintu dan jendela kayu di gedung yang didirikan sejak 1904 itu di masa penjajahan Belanda. 
 
Masyarakat setempat menjuluki Lawang Sewu atau seribu pintu, karena bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Lawang Sewu rata-rata memiliki tiga pintu di depan, belakang, dan samping.

Lawang Sewu-Instagram/sanada_ranie
 
Bila berada di pintu samping, Anda bisa memandang bebas dari ujung ruangan ke area lainnya. Bahkan keindahan arsitekturnya cocok bagi Anda yang ingin melakukan foto prewedding atau sekedar mengasah hobi memotret.

Tak perlu khawatir dengan biaya masuk ke area tersebut. Dengan merogoh kocek sebesar Rp5-10 ribu, Anda bisa membawa keluarga berkunjung. Tiket Rp5 ribu diperuntukkan bagi pelajar dan anak di bawah umur 12 tahun.
 
Dengan harga terjangkau itu, Anda sudah bisa berwisata sambil mempelajari sejarah, hingga berfoto di area menarik di Lawan Sewu. 

Liburan pasti akan lebih asik, karena setibanya di tempat ini Anda akan dibantu oleh pemandu yang siap menemani dan memberi tahu seluk beluk Lawang Sewu. Berdasarkan catatan sejarah, Lawang Sewu menjadi salah satu lokasi 'spesial' bagi bangsa Indonesia.
 
Itu karena Lawang Sewu menjadi saksi bisu pertempuran pemuda Angkatan Muda Kereta Api Melawan Kemoetai (AMKA) dan Kidobutai dari Jepang. Peristiwa pertempuran itu berlangsung selama lima hari di kota Semarang atau sejak 14 Oktober-19 Oktober 1945. 

Mitos
Lawang Sewu menjadi salah satu tempat wisata di Indonesia yang memiliki banyak cerita mistis dan mitos. Sebelum zaman penjajahan Jepang tempat ini adalah sebuah kantor perkeretaapian yang dikelola pemerintah kolonial Belanda.
 
Ada dua jenis ruang tahanan yaitu penjara jongkok seperti bak setinggi 0,5 meter. Konon katanya lima sampai sembilan tahanan dimasukkan ke dalam bak, lalu diisi air sampai bebatas leher. Bak tersebut kemudian ditutup dengan teralis besi sampai akhirnya mereka meregang nyawa. 
 
Itu sebabnya kondisi penjara jongkok sangat gelap dan penuh air semata kaki. Bila Anda datang ke tempat ini, konon, mereka yang pikirannya kosong akan mudah dirasuki oleh mahluk gaib.

Ruang penjara jongkok di dalam Lawang Sewu/ Flickr
 
Kedua adalah penjara berdiri dengan luas 1x1 meter.  Ada sekitar tujuh sampai delapan tahanan berdiri berhimpitan di dalam penjara itu. Penjara tersebut memang tak dimanfaatkan sebagai tahanan, namun lebih dari itu. Penjara itu lebih sering digunakan untuk tempat penyiksaan para tahanan hingga tewas
 
Tahanan di penjara jongkok dan berdiri, nantinya akan dibuang ke sungai di belakang Lawang Sewu. Dikutip dalam laman Merdeka, Jumat 11 Maret 2016, menurut cerita, kali itu bernama Kali Garang yang berarti begis dan kejam.
 
Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang sering terjadi penyiksaan, sehingga warna kali menjadi merah darah. Saat pertempuran lima hari di Semarang misalnya, mayat-mayat tersebut dijadikan satu dalam delapan ruangan di sebelah kiri Lawang Sewu, kemudian ruangan tersebut ditembok untuk menghilangkan bau mayat. (els/ita)
 
 

(sm/ra)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Fresh Section