1. HOME
  2. FRESH
FRESH

Penjelasan Mengapa Penderita Demam Berdarah Bisa Meninggal

Kematian akibat DBD dipicu oleh produksi darah yang kurang dalam tubuh penderitanya.

By Azalia Amadea 12 Januari 2016 17:46
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Vensya Sitohang, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan HM Subuh dan Kepala Biro Komunikasi Pelayanan Masyarakat Busroni saat konferensi pers di kantor Kemenkes Jakarta,

Money.id - Setiap tahun penderita demam berdarah atau DBD di Indonesia cenderung meningkat terutama pada pertengahan musim penghujan yaitu sekitar Januari.

Sementara kondisi menurun akan terjadi sekitar bulan Februari hingga Desember.

Pada lima tahun terakhir, di Indonesia setiap tahun terjadi kasus DBD berkisar 630-8.056, dan jumlah kematian berkisar antara 1-144 jiwa.

Kematian akibat DBD dipicu oleh produksi darah yang kurang dalam tubuh penderitanya.

Trombosit para penderita DBD pada umumnya rendah, di mana tubuh tidak mampu lagi memproduksi darah dengan baik.

Ditambah suhu tubuh yang semakin tinggi, membuat penderita semakin lemas bahkan hingga menyebabkan pembuluh darah pecah. Jika penderita sudah tidak lagi mampu bertahan, pasien penderita DBD dapat meninggal.

Kejadian luar biasa atau KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor seperti lingkungan yang tidak bersih, terbatasnya pemahaman masyarakat akan pentingnya melakukan 3M plus, peluasan daerah endemik DBD, dan meningkatnya mobilitas penduduk.

"KLB DBD bukan merupakan wabah utama, namun pra-wabah dari DBD. Jadi jika di suatu daerah sudah terjadi KLB DBD segera laporkan ke rumah sakit atau puskemas terdekat," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan HM Subuh di Jakarta, Selasa 12 Januari 2016.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI, pada tiga bulan terakhir di tahun 2015 yaitu Oktober, November, dan Desember jumlah kasus DBD cenderung menurun. Dengan rentang 1.104 - 3.219 kasus DBD.

Dibandingkan data pada tahun 2014 pada bulan tersebut jumlah kasus pada tiga bulan terakhir tahun 2015 jauh lebih rendah.

"Dari 511 kabupaten kota, 424 di antaranya merupakan daerah endemis DBD. Sisanya berpotensi sebagai daerah endemisitas," kata Subuh.

Pada tahun 2016 ini pemerintah telah mengedarkan surat Menteri Kesehatan RI nomor TU.02.01/Menkes/510/2015 tanggal 5 Oktober 2015 kepada seluruh Gubernur di Indonesia perihal Kesiapsiagaan Peningkatan Kasus DBD.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan juga telah mengedarkan surat nomor PM.02.11/D/1/IV.2/2020/2015 tanggal 28 Desember 2015 kepada Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk ikut mendukung dan menggerakkan pelaksanaan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus di lingkungan sekolah.

Kebanyakan para penderita DBD merupakan anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.

Nyamuk aedes aktif menggigit pada jam 8.00-10.00 di mana jam tersebut banyak anak-anak yang sedang beraktivitas di sekolah.

Pemerintah mengharapkan agar sekolah-sekolah di seluruh Indonesia rajin melakukan gerakan 3M Plus (mengubur, menutup, menguras, ditambah manfaatkan barang-barang bekas) serta melakukan kerja bakti demi lingkungan sekolah yang bebas dari penyakit DBD. (poy)

(da/aa)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Fresh Section