1. HOME
  2. FRESH
KESEHATAN

Ngeri, Sindrom Cotard Buat Penderitanya Merasa Sudah Meninggal

Dijuluki juga sebagai 'sindrom mayat berjalan', penyakit ini belum diketahui penyebabnya.

By Adhi 22 September 2016 10:32
Ilustrasi (wixstatic.com)

Money.id - Psikologis manusia bagai hutan belantara yang tak berujung. Begitu dalam dan sulit dipahami. Berbagai jenis penyakit gangguan psikologis dan mental pun menyimpan misteri yang sulit diungkap. Salah satunya adalah sindrom Cotard.

Sebuah penyakit mental langka yang membuat penderitanya percaya jika mereka telah meninggal, setengah meninggal, atau bahkan tidak ada di dunia sama sekali. Inilah yang disebut sebagai sindrom Cotard.

Menurut Pedro Morgado, M.D, Ph.D, profesor di University of Minho School of Medicine, sindrom ini sangat langka dan hanya ditemukan pada kurang dari satu persen orang-orang yang menderita depresi berat.

Dijuluki juga sebagai 'sindrom mayat berjalan', penyakit ini belum diketahui penyebabnya. Tapi kemungkinan ada hubungan antara orang-orang yang mengalami sindrom Cotard dengan gangguan mental lainnya seperti psikosis, depresi klinis, dan skizofrenia.

Dilansir laman Independent, sindrom ini untungnya bisa disembuhkan, caranya dengan mengobati penyakit yang menjadi penyebabnya. Setelah itu, sindrom Cotard biasanya akan menghilang dengan sendirinya.

Contohnya terjadi pada salah seorang penderita sindrom Cotard bernama Esme Weijun Wang (32). Ia didiagnosa menderita bipolar skizoafektif di tahun yang sama ia mengalami sindrom Cotard. Tepatnya saat ia tiba-tiba pingsan di sebuah penerbangan bersama suaminya.

"Saya yakin telah meninggal pada penerbangan itu, dan saya berada di akhirat, dan tidak menyadarinya sampai saat itu datang," ungkap Wang

Setelah sembuh, Esme kemudian menulis esai mengenai pengalamannya. Ia menjelaskan bagaimana ia melalui hidupnya selama berminggu-minggu tapi tidak merasakan emosi apapun. Ia juga sempat mengalami fase di mana ia merasa tidak bisa bergerak, sebuah kondisi yang dalam dunia kedoteran disebut dengan catatonic psychosis.

Kurang dari dua bulan setelah Esme merasa bahwa ia sudah meninggal, ia secara tiba-tiba menyadari bahwa sebenarnya ia masih hidup.

Anehnya, Esme mengaku bahwa ketika ia merasa sadar masih hidup, delusinya hilang begitu saja. Ia langsung bisa menjalani kehidupnya seperti biasa.

Sejarah Sindrom Cotard

Penyakit gangguan mental ini pertama kali ditemukan pada tahun 1880-an oleh ahli saraf Perancis bernama Jules Cotard. Kala itu, Cotard menangani seorang pasien wanita yang menderita kondisi di mana dia merasa 'tidak punya otak, tidak punya saraf, tidak punya dada, tidak punya perut, tidak punya usus. Hanya kulit dan tulang di tubuh yang membusuk.'

Menurut riwayat hidupnya, Cotard menemukan fakta bahwa sang pasien wanita tersebut sangat membenci dirinya sendiri yang menolak keberadaan Tuhan, iblis, dan beberapa bagian dari tubuhnya sendiri. Dia juga percaya bahwa dirinya telah dikutuk selamanya sehingga tidak bisa mati secara alami.

Akibatnya, sang pasien memutuskan untuk tidak makan selamanya. Pasien wanita yang pada buku harian Cotard diberi kode pasien 'Mademoiselle X' pun akhirnya meregang nyawa karena kelaparan.

Di era modern seperti sekarang, untuk menagani masalah pada sindrom Cotard, biasanya dokter akan memberikan obat-obatan anti-depressants, anti-psikotik, serta obat penstabil mood lainnya yang dapat menenangkan pasien. (dwq)

Baca juga:

(a/a)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Fresh Section