1. HOME
  2. FRESH
FRESH

Benarkah Minum Susu Berisiko Terkena Parkinson?

Sebuah studi menemukan keterkaitan antara susu dan risiko terjadinya gangguan otak.

By Desy Afrianti 16 Desember 2015 11:31
Ilustrasi susu/Pixabay

Money.id - Sebuah studi menemukan keterkaitan antara susu dan risiko terjadinya gangguan otak. Pada penelitian-penelitian sebelumnya telah ditemukan hubungan antara konsumsi produk berbahan susu dan risiko tinggi berkembangnya penyakit Parkinson, yaitu gangguan menurunnya fungsi saraf yang mempengaruhi motor penggerak di otak.

Sementara para peneliti berspekulasi bahwa bahan kimia yang ditemukan dalam susu sapi bisa jadi penyebabnya.

Namun bukti yang ada masih sedikit untuk menegaskan bahwa produk berbahan susu seperti susu dan keju memiliki dampak pada orang dengan risiko Parkinson.

Sebuah penelitian mungkin berhasil menguak petunjuk yang lebih menjanjikan. Dalam laporan jurnal Neurology, Robert Abbott, dari Fakultas Kedokteran Shiga University di Jepang, memanfaatkan skandal lingkungan di Hawaii pada 1980-an untuk menyelidiki hubungan antara susu dan Parkinson.

Pada saat itu, pestisida organoklorin yang digunakan oleh petani nanas ikut masuk ke dalam susu yang dihasilkan sapi-sapi yang diberi makan bubur sampah nanas.

Secara kebetulan, sebuah studi tentang penyakit jantung di antara pria Jepang-Amerika baru saja dimulai yang melibatkan lebih dari 8.000 pria.

Kesehatan mereka diawasi sampai mereka meninggal dunia. Semua studi tersebut memberikan informasi rinci tentang apa yang mereka makan, termasuk berapa banyak susu yang mereka minum, dan beberapa setuju untuk menyumbangkan otak mereka untuk penelitian setelah meninggal.

Abbott dan timnya kemudian mempelajari 449 otak dan mencatat adanya kepadatan neuron di daerah tertentu dari otak yang dikenal sering terpengaruh oleh Parkinson.

Mereka menemukan bahwa pria yang dilaporkan minum lebih dari dua gelas susu sehari memperlihatkan jaringan saraf sangat menipis di daerah-daerah tersebut.

Seperti dikutip dari time.com Rabu 16 Desember 2015, hal ini menunjukkan fungsi saraf telah terganggu, dibandingkan dengan pria yang minum sedikit atau tidak sama sekali. Pria peminum susu juga memiliki residu organoklorin tertentu yang disebut heptaklor epoksida.

Menariknya mereka juga menemukan bahwa ada akumulasi heptaklor epoksida yang terjadi sebelum sel-sel rusak, yang mengisyaratkan bahwa bahan kimia itu bertanggung jawab sebagai pemicu perubahan dalam otak yang terkait dengan Parkinson.

Abbott mengatakan bahwa ia dan timnya tidak memiliki sampel susu yang diminum, sehingga tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa susu yang tercemar adalah pestisida yang mereka temukan di otak subjek penelitian.

Tetapi itu penjelasan yang masuk akal. "Kami tidak memiliki semua data, tetapi kita sudah dekat sumber masalahnya," katanya. "Ini tidak lengkap, tetapi itu sangat mencurigakan."

Heptaklor epoksida tidak lagi digunakan sebagai insektisida di Amerika Serikat. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan, "Hampir semua penggunaan heptaklor epoksida yang terdaftar telah dilarang." Tetapi bahan kimia itu cenderung permanen, yang tersisa di tanah dan air selama bertahun-tahun.

Abbott juga mencatat bahwa heptaklor epoksida telah ditemukan di susu kambing dan sapi di Ethiopia dan organoklorin lainnya telah terdeteksi dalam pasokan susu di Italia.

Data ini tentu tidak berarti bahwa orang yang minum beberapa cangkir susu sehari berisiko mengembangkan Parkinson. Yang berarti faktor diet dan gaya hidup juga harus dipertimbangkan lebih dalam.

"Hal ini menambah literatur kita bahwa diet memang mungkin memainkan peran dalam Parkinson," kata Abbott. "Tetapi itu juga memberitahu kita bahwa makanan tidak hanya tentang nilai gizi. Ada kontaminasi, dan apa pun yang ada di makanan itu."

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Fresh Section