1. HOME
    2. FOODILICIOUS
FOOD

Jatuh Bangun Perjalanan Bisnis 'Pedas' yang 'Nyeleneh'

Dengan modal seadanya yaitu hanya Rp1,9 juta, keduanya pun nekat mengontrak sebuah toko tersebut dengan harga Rp7 juta setahun.

By Dian Rosalina 15 Maret 2016 16:32
Outlet Ramen Jangar 69 di Pandeglan, Banten (lianurmalasari.net/Lia Nurmalasari)

Money.id - Mengawali dari outlet 'Oishi Ramen', yang tidak jauh berbeda dengan kamar kos kecil dan kumuh di Jatinangor, Jawa Barat, dua bersaudara Rizqi Rakhamanul dan Rizqa Rahman nekat membuka kedai Ramen.

Dengan modal seadanya yaitu hanya Rp1,9 juta, keduanya pun nekat mengontrak sebuah toko dengan harga Rp7 juta setahun.

"Waktu itu kami terpaksa mengutang dengan ibu pemilik kontrakan. Karena belum ada listrik, jadi kami memberikan Rp500 ribu untuk uang jaminan sewa tempat, dan kami janji untuk melunasinya nanti," kata Rizqa selaku Direktur Marketing Ranjang (Ramen Jangar) 69 kepada Money.id, Selasa 15 Maret 2016.

Tidak hanya sewa tempat membuat dua saudara yang baru lulus kuliah di Universitas Padjajaran, Bandung itu berutang. Semua alat-alat memasak dan bahan baku pun terpaksa meminta bantuan dari seorang kenalannya di Pasar Baru, Jakarta Pusat.

"Kami punya kenalan seseorang di Pasar Baru, dari situ kami cerita kesusahan kami seperti apa untuk memulai usaha. Dengan berbaik hati, ia mau diutangi alat-alat masak yang kami perlukan. Sekitar Rp17 juta waktu itu," cerita dia.

Setelah masalah membuka outlet pertama terpecahkan, tapi banyak pelanggan yang mengeluhkan tempat makan tersebut. Selain kumuh serta sempit, tidak adanya ventilasi yang memadai pun menjadi kritikan 'pedas' dari para pengunjung kepada toko mereka.

Kebanyakan dari mereka mengeluhkan tempatnya yang sempit dan panas, membuat kedai tersebut dijuluki 'Jangar' yang artinya 'Pusing'. Sejak saat itulah Rizqi dan Rizqa memutuskan untuk menjadikan kritikan kekurangan tersebut menjadi kelebihannya.

"Sejak saat itu saya berpikir, kenapa tidak memakai kata 'Jangar' menjadi nama toko kami. Akhirnya disebutlah Ramen Jangan yang disingkan Ranjang. Sedangkan angka '69' sendiri memiliki filosofi jungkir balik jatuh bangun usaha ini," kata Rizqi.

Saat memasuki bulan kedua, banyak pelanggan yang merasa penasaran dengan tokonya tersebut. Karena belum adanya listrik waktu itu, mereka hanya membuka outlet mulai dari pukul 10.00-16.00 WIB.

"Dari situ banyak yang tanya kenapa sih tutupnya cepat sekali, padahal sasaran kami Mahasiswa yang rata-rata baru datang sekitar sore. Toko tutup pun kami mengaku kalau makanan kami sold out, padahal sih tidak seperti itu. Haha," kata Rizqa sambil tertawa.

Semenjak itulah, outlet pertamanya sering dikunjungi orang yang penasaran dengan ramen milik mereka. Masuk bulan ketiga, dari hasil tabungan mereka selama berjualan akhirnya bisa melunasi uang sewa tempat, listrik, dan alat makan.

"Iya waktu itu kami sampai tidak bisa makan yang lain karena selalu makan masakan kami sendiri," kenangnya.

Selanjutnya >>> Menu Nyeleneh

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Foodilicious Section