1. HOME
    2. FOODILICIOUS
FOOD

Dari Modal Patungan, 'Cubit Sayang' Beromzet Puluhan Juta Rupiah

Memanfaatkan peluang, mereka berlima berunding untuk mencoba membuat kue cubit dengan konsep yang berbeda.

By Dian Rosalina 22 Maret 2016 12:35
Outlet Cubit Sayang di Jalan Pusdiklat, Kampung Makasar, Jakarta Timur (Money.id/Oky Diaz)

Money.id - Berbisnis tidak harus mahal. Inilah yang dilakukan oleh empat anak muda, Dessie Rachmalia, Sandra Saraswati, Mutiara Arisa, Adhitya Ramdhani, dan dibantu oleh seorang guru bernama Dewi Liyana untuk memulai sebuah bisnis yang berasal dari makanan zaman dulu yang dimodifikasi, yaitu kue cubit.

Awalnya keempat orang yang memulai bisnis sewaktu kuliah ini menganggap kue cubit saat itu sedang tren di kalangan masyarakat khususnya anak muda.

Memanfaatkan peluang, Dessie mengatakan, mereka berempat berunding dengan Dewi untuk mencoba membuat kue cubit, tetapi dengan konsep yang berbeda.

"Karena di antara kami berlima ada yang sering membuat kue, akhirnya muncul tuh ide bagaimana kalu buat bisnis kue saja. Apalagi waktu itu kan sedang tren kue cubit rasa green tea. Ya sudah kami berembuk akhirnya tidak perlu waktu lama kami siap membuka bisnis," kata Dessie yang ditemui Money.id, Rabu 22 Maret 2016, di toko Cubit Sayang.

Dalam persiapan memulai bisnis, tidak waktu lama untuk mempersiapkan semuanya. Mereka memperhitungkan budget, peralatan dan bahan-bahan yang harus dibeli, tempat yang akan menjadi toko mereka, serta konsep toko tersebut.

Wanita berhijab itu menjelaskan bahwa perhitungan modal awal mereka tidak terlalu besar. Dengan sistem 'patungan', kelimanya hanya mengeluarkan modal masing-masing sebesar Rp1 juta.

"Kami sering bertemu dan membicarakan sistem patungan ini. Karena waktu itu langsung cari tempat, ya berpikirnya sih tidak usah besar-besar juga karena maunya langsung dibawa pulang saja kue cubitnya, tidak ada yang makan di tempat. Setelah cari tempat sesuai budget dan kebutuhan kami, kira-kira Rp6 juta untuk modal awal," ujarnya.

Sebelum membuka 'Cubit Sayang', Dessie dan kawan-kawan mencoba kue cubit yang cukup terkenal di sebuah mal di Jakarta. Dessie bercerita antrean toko tersebut cukup panjang dan harganya pun mahal.

Setelah membelinya dan mencoba bikin sendiri, mereka membandingkannya. Ternyata rasa kue cubit milik mereka masih jauh di bawah kue cubit yang dibeli tersebut.

"Setelah membandingkan dengan rasa milik mereka, ternyata rasa kue kami masih jauh lebih di bawah. Akhirnya kami mengubah semua bahan dasar untuk adonan kuenya, kami tidak memakai yang murah. Misalnya susu, kami memakai merek tertentu, tepung berkualitas baik, dan pemilihan barang produksi pun tidak sembarangan," kata Dessie.

Tidak bisa dipungkiri, dalam membuat adonan awal Dessie mencari referensi awal dari Google. Namun untuk masalah takaran bahan-bahan berbeda dengan yang ada di Google.

"Kami membuatnya tidak untuk satu loyang tetapi untuk satu kantong itu beberapa loyang. Kemudian kami harus menakar banyaknya gula, serta perbandingan kekentalan dari adonan. Semua itu adalah hasil dari modifikasi kami, jadi tidak semua meniru dari internet," kata dia.

Menu yang ditawarkan ada delapan rasa, yaitu original, choco, tiramisu, taro, green tea, choco banana, dan red velvet.

Ia mengatakan pembeli pun cukup antusias dengan rasa-rasa yang ditawarkan oleh mereka, apalagi topping kue cubitnya pun berbeda, dengan nuttella, selai kacang, Toblerone, keju, kacang almond, dan masih banyak lagi.

Toko yang berada di Jalan Pusdiklat, Kampung Makasar, Jakarta Timur ini menawarka harga per loyangnya, mulai dari Rp14 ribu untuk berbagai rasa dengan topping meises. Sedangkan bila ingin ditambah dengan topping-topping lain, harus menambah biaya mulai dari Rp3.500-4.000.

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Foodilicious Section