Money.id - Dari Desa bisnis tahu bulat itu merangsek perkotaan. Jingle iklan mereka dihafal anak-anak dan para Ibu. Peta bisnis tahu bulat.

'Tahu bulat dua rebu tilu, digorengna eta dina mobil, dituangna eta haneut-haneut, manis, asin, eta pedas, keju. Rupi-rupi rasane, wakwaw'.

Narasi itu seperti dinyanyikan. Si penjual tahu memakai speaker. Dan meski dia sedang parkir di ujung jalan Adipati, nyanyian tentang tahu itu terang terdengar hingga ke sejumlah ruas jalan.

Walau suara si penjual tahu itu melengking keras, warga sepertinya sudahlah maklum. Sejumlah Ibu-ibu dan anak-anak di Baleendah Bandung itu, Sabtu pekan lalu itu, beramai-rama merapat. Meriung di sekitar motor roda tiga itu.

Dani Hamdani, nama pemuda berusia 26 tahun si penjual tahu itu, duduk menghadap kompor. Ditempatkan di dalam bak, kompor itu menyala mengoreng tahu bulat pesanan anak-anak dan ibu-ibu yang mengantre. Tahu bulat itu hasil olahan dari kacang kedelai. Dagangan Dani laris manis.

Dani lagi menggoreng tahu bulat di sepeda motor roda tiga

Bisnis tahu bulat, seperti yang ditekuni Dani itu, sedang menjamur belakangan ini. Ada yang mengangkut pakai motor roda tiga, banyak pula yang memakai mobil bak terbuka.

Bisnis mereka rata-rata sukses. Meraup lumayan untung. Di sekitar Jakarta mereka keluar masuk perumahan. Dan mungkin Anda sudah terbiasa dengan jingle “si tahu,” yang dilantunkan dalam bahasa Indonesia. Nyanyian mereka itu dihafal banyak anak-anak, lantaran mereka kerap lalu lalang.

Banyak yang suka dengan si tahu bulat ini. Selain rasanya gurih, harga juga terjangkau. Meski disukai banyak orang, tak banyak yang tahu bagaimana asal mula bisnis si tahu ini.Tiba-tiba saja sudah menjamur.

Bersambung ke halaman berikutnya