1. HOME
  2. FINANCE
HARGA MINYAK

Rusia Berharap Irak dan Iran Ikut Bekukan Produksi Minyak

Sejak 2014 hingga sekarang harga minyak mentah dunia sudah turun hingga 75 persen.

By Rohimat Nurbaya 3 Maret 2016 13:22
Ilustrasi Kilang Minyak (Pixabay)

Money.id - Beberapa negara penghasil minyak terbesar di dunia telah menyusun kesepakatan untuk membekukan produksi minyak. Menteri Energi Rusia optimis pembekuan produksi itu akan afektif dan bisa menghentikan penurunan harga minyak dunia.

Dikutip dari Fortune, Kamis 3 Maret 2016, berdasar laporan Wall Stret Journal sejak musim panas 2014 hingga sekarang, harga minyak mentah dunia sudah turun hingga 75 persen.

Penyebab turunnya harga minyak dunia, akibat beberapa negara penghasil minyak memproduksi 73 persen lebih banyak dari tahun sebelumnya.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan, penurunan harga minyak akan akan berakhir apabila Irak dan Iran ikut sepakat bersama negara penghasil minyak lainnya supaya membekukan produksi minyak untuk sementara.

Kata dia, setelah ada kesepakatan dari beberapa negara, termasuk Rusia untuk membekukan produksi minyak, harga minyak mentah Brent naik ke tertinggi dua bulan.

Namun menurutnya ada banyak sentimen yang membuat harga minyak saat ini menjadi turun. Produksi global masih terus meningkat, dengan pencabutan sanksi ekonomi terhadap Iran memungkinkan produsen minyak ada terlalu cepat mengakses pasar.

Selain itu, perjanjian ini masih tentatif, dan hanya membutuhkan peserta untuk menjaga produksi di level saat ini, yang berada di tertinggi sepanjang masa di kasus Rusia dan Uni Emirat Arab. Dan akhirnya, masih ada stok besar minyak yang tidak terpakai di pasar saat ini.

"Mungkin sampai ke akhir tahun harga minyak rendah, dan meskipun pasokan dan permintaan seimbang," kata Mike Wittner, kepala pasar minyak di Societe Generale.

Harga Minyak

Dikutip dari laman Merdeka.com, harga minyak dunia bergerak naik pada Rabu (Kamis pagi WIB). Hal ini menyusul spekulasi potensi kesepakatan para produsen membatasi produksi mereka dan mengimbangi lonjakan persediaan minyak AS.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik 26 sen menjadi berakhir di USD 34,66 per barel di New York Mercantile Exchange.

Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea, patokan Eropa, untuk pengiriman Mei bertambah 12 sen menjadi menetap di USD 36,93 per barel.

Persediaan minyak mentah komersial AS melonjak 10,4 juta barel menjadi 518 juta barel untuk pekan yang berakhir 26 Februari, 73,6 juta barel lebih besar dari satu tahun sebelumnya, menurut data yang dirilis oleh Badan Informasi Energi AS (EIA), unit dari Departemen Energi AS (DoE).

Persediaan minyak distilasi, termasuk minyak pemanas rumah, juga meningkat tajam. Pada sisi lain, data menunjukkan bahwa produksi minyak AS turun untuk minggu ke-16 berturut-turut.

Produksi minyak mentah AS kehilangan 25.000 barel menjadi 9,077 juta barel per hari pekan lalu. Persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak AS, naik 1,2 juta barel menjadi 66,26 juta barel.

"Angka-angka EIA jelas 'bearish', tidak ada keraguan tentang hal itu," kata Andy Lipow dari perusahaan konsultan Lipow Oil Associates.

Namun para analis mengatakan, harga terangkat oleh pembicaraan antara para produsen tentang rencana untuk mengkoordinasikan batas untuk produksi. Arab Saudi, Rusia dan lain-lainnya telah mengatakan mereka akan berupaya membatasi produksi jika produsen lainnya mengikuti.

Analis di Citi Futures, Tim Evans mengatakan, pasar minyak naik karena dukungan nyata dari pernyataan Venezuela yang menjanjikan pertemuan antara 15 atau lebih produsen minyak. Lipow juga mengutip laporan bahwa Arab Saudi telah mencari pinjaman internasional sebesar USD 10 miliar, sebagai salah satu faktor pendukung dalam harga.

"Saya pikir pasar mengartikan itu bahwa mereka berada di bawah tekanan keuangan yang mereka akan segera mendukung aksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memotong produksi."

Baca Juga

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section