1. HOME
  2. FINANCE
FINANCE

Pensiun di Usia 30 Tahun Ternyata Bisa Jadi Kenyataan

Beberapa orang berikut ini telah menikmati masa pensiun dini dengan penuh kebahagiaan, yang terpenting tak kekurangan uang.

By Dwifantya Aquina 31 Desember 2015 16:07
Ilustrasi pensiun di usia muda (danielpriestley.com)

Money.id - Kita semua bermimpi untuk pensiun di usia muda dengan jumlah uang pensiun yang besar dan tak kekurangan uang. Hanya saja untuk bisa pensiun di usia muda, katakanlah 40 tahun, memerlukan banyak pertimbangan dan langkah yang tepat.

Tidak saja bekerja keras dengan gaji yang tinggi, agar bisa pensiun dini harus disertai hidup secara hemat.

Berikut ini pengalaman empatĀ orang yang berhasil pensiun di usia muda.

Penyelamat Workaholic

Sebelum pensiun dua tahun yang lalu, Jeremy Jacobson (41), bekerja 80 jam per minggu sebagai insinyur. Tapi lebih dari satu dekade sebelumnya, saat mash berusia 28 tahun, dia baru menyadari bahwa dirinya terlalu bekerja keras. Saat itu dia sedang berlibur di Filipina.

Dia dan istrinya, Winnie, berencana keluar dari kesulitan dengan menabung lebih dari 70% gaji tahunan mereka yang berjumlah US$100.000 atau setara dengan Rp1,3 miliar. Mereka melakukan itu selama 10 tahun dengan mengurangi pengeluaran secara drastis. Mereka hidup dengan pengeluaran US$24.000 atau setara dengan Rp331 juta per tahun dengan menyisihkan sisanya untuk tabungan dan investasi.

Jacobson juga memperhitungkan biaya pendidikan masa depan anaknya yang saat ini masih berusia 5 bulan. Kini dia tinggal di tempat antara Thailand, Meksiko dan Taiwan. Mereka selalu jalan-jalan sepanjang tahun, menyewa rumah dan apartemen setiap kali bepergian.

Pensiun Usia 30

Sejak pensiun pada September, Brenton Hayden (30) menghabiskan waktu menonton American Football dan jalan-jalan dengan istrinya.

Sebagai mantan kepala eksekutif dari perusahaan manajemen properti online, dia mengatakan bisa pensiun saat usia 27, yang merupakan tujuan awalnya. Namun, dia tertahan beberapa tahun untuk menyimpan lebih banyak uang. Dan itu berhasil, kata dia. Dia menjual bisnisnya pada September senilai puluhan juta dolar AS.

"Saya bisa menjalani sisa hidup sebagai anak muda bukannya pensiun sebagai orang tua, dan saya bisa kembali bekerja jika saya kehabisan uang," kata Hayden, yang tinggal di Florida dan Minnesota.

Kuncinya adalah mengubah gaya hidup dan tekun. Saat membuat rencana pensiun 10 tahun yang lalu, dia dipecat dua kali dalam enam bulan. Saat itu dia menghitung berapa uang yang dibutuhkan saat dia pensiun.

Setelah itu dia mencari pekerjaan yang memberinya gaji cukup sehingga dia bisa menabung. Dia memulai bisnis real estate pada 2007 dengan bantuan uang dari ayahnya. Dia hidup dengan makan mie instan, dan menyisihkan uang untuk bisnisnya.

Keliling Dunia

Setelah pensiun 25 tahun yang lalu, ketika mereka berdua berusia 38 tahun, Billy dan Akaisha Kaderli hidup sepenuhnya di jalanan baik dalam caravan atau apartemen sewa di tempat yang berjauhan.

"Kami tidak membiarkan ada yang tahu tentang rencana kami (untuk pensiun), karena kami tidak ingin terpengaruh kata-kata yang membuat kami berpikir ulang," kata Akaisha Kaderli. "Itu sulit, tapi kami membeli kebebasan kami."

Ketika Billy Kaderli bekerja sebagai pialang saham di Aptos, California, dan Akaisha Kaderli sebagai sekretaris eksekutif, pasangan ini juga menjalankan sebuah bisnis restoran Prancis-California. Mereka jarang bertemu satu sama lain. Tetapi mereka berhasil mengumpulkan US$500 ribu atau setara dengan Rp6,9 miliar dalam tabungan di bank ketika memutuskan pensiun.

"Waktu adalah aset terbaik Anda untuk mengumpulkan uang, dan saya sarankan Anda mulai sekarang karena itu tidak sulit," kata Billy.

Bagian favorit dari pensiun adalah memiliki waktu yang banyak untuk dihabiskan menjelajahi sebuah daerah atau negara. Mereka pernah tinggal di Nevis dan berlayar dari Grenada ke Venezuela.

Ketika Kebosanan Melanda

Pada usia 30-an, Sam Dogen secara finansial ditetapkan telah pensiun: ia telah menciptakan penghasilan US$80 ribu atau sekitar Rp1,1 miliar setiap tahun dari aliran pendapatan pasif melalui real estate, dividen saham dan pinjaman peer-to-peer. Dia juga mendapat gaji besar dari pekerjaannya di sebuah perusahaan keuangan.

Namun, setelah ia mendapat kebebasan yang diinginkannya pada usia 32, ada satu masalah: dia bosan.

"Saya benar-benar kesepian karena tidak ada teman-teman yang bisa datang bermain di lapangan basket pukul 10.00," kata Dogen.

Dogen juga mencoba bepergian, tapi dua tahun kemudian kembali bekerja untuk mencari kesenangan belaka. Melihat ke belakang, melakukan sesuatu yang dia tidak sukai, menjadi motivator terkuat untuk melakukan perubahan.

"Saya tidak yakin orang yang benci pekerjaan mereka akan melakukan perubahan dan itu ironi," kata Dogen. "Anda harus memiliki katalis agar dapat membuat perbedaan dalam hidup Anda sendiri, atau Anda tidak akan pensiun dini."

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section