1. HOME
  2. FINANCE
FINANCE

Gara-gara Tsunami, Perusahaan Investasi Fortress Untung Besar

Setidaknya keuntungan mereka mencapai 700 persen

By Nur Chandra Laksana 6 Maret 2016 08:16
Ilustrasi Real Estate (therichest.com)

Money.id - Perusahaan Fortress Investment Group, sebuah manajer Dana Investasi Real Estat (DIRE), mendapat keuntungan hingga 700% saat membuat taruhan besar di bidang properti di Jepang yang baru saja dilanda bencana tsunami dan krisis nuklir pada 2011 silam.

Dengan jumlah pendanaan mencapai US$ 70,5 miliar, atau sekitar Rp924 triliun, Fortress masuk ke dalam bisnis properti Jepang yang hancur setelah dilanda tsunami dan krisis nuklir pada 2011, seperti dilansir dari laman Bloomerg.

Namun pertaruhan besar tersebut justru menghasilkan keuntungan berkali lipat berkat kebijakan ekonomi Perdana Menteri Shinzo Abe, yang merevitalisasi industri properti Jepang.

Keuntungan berlipat ini bersumber dari salah satu anak perusahaannya, yakni Invincible Investment Corp., sebuah DIRE yang fokus pada bidang perhotelan.

Invincible dilaporkan berhasil memperoleh keuntungan hingga delapan kali lipat dalam lima tahun terakhir yang menjadikan mereka sebagai salah satu DIRE internasional dengan pendapatan terbesar di dunia.

Lalu, di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi Asia dan menguatnya keraguan terhadap prospek industri perhotelan Jepang, Fortress sepertinya ingin mengulang sukses sebelumnya.

Perusahaan ini akan kembali menambah investasi dengan mengucurkan dana sebesar US$ 1,1 miliar, atau sekitar Rp14,4 triliun untuk ketiga kalinya di bidang perhotelan. Fortress yakin, dunia pariwisata Asia sangatlah bergairah, ditambah suku bunga yang rendah akan meningkatkan daya tarik investasi real estate di seluruh dunia.

"Asia semakin kaya, serta mobilitas ekonomi yang terkait dengan Asia telah melalui massa kritis," kata kepala investasi untuk Fortress Jepang , Tom Pulley, di kantor pusatnya di Tokyo Roppongi Hills.

Menurut Pulley, bisnis real estate di Jepang dianggap semakin menarik karena pendapatan masyarakatnya yang stabil dan hasil yang relatif terhadap biaya.

Taruhan Fortress memang seperti tidak memiliki tujuan ketika masuk bisnis properti Jepang lima tahun yang lalu. Rencana untuk berinvestasi di Invincible pertama kali diumumkan hanya seminggu setelah tsunami melanda pantai timur Jepang pada 11 Maret 2011.

Tsunami tersebut menyebabkan bencana kebocoran nuklir di pembangkit listrik Fukushima Daiichi dan memukul industri pariwisata negara itu.

Namun tetap saja kesepakatan tetap berjalan dan selesai pada pertengahan Juli tahun itu juga. Fortress menguasai 45 persen saham dan aset Invincible. Sejak itu Invincible menjadi bagian integral dari strategi real estat Fortress di Jepang.

Kesepakatan tersebut berjalan dengan baik bagi keuangan Fortress dan saham Invincible. Berkat investasi yang mayoritasnya adalah penguasaan aset-aset hotel, Invincible berhasil mengalirkan pendapatan hingga 700% kepala Fortress.

Invincible yang sebelumnya dianggap sebagai DIRE terburuk di Tokyo Stock Exchange's REIT Index telah berubah menjadi yang terbaik pada tahun 2011 dan 2012 secara berturut-turut.

Namun, Fortress sepertinya harus menghadapi tantangan yang cukup mengkhawatirkan. Hotel di pusat kota Tokyo memberikan pendapatan hanya 5.05 persen pada Januari.

Jumlah ini meruopakan yang terendah semenjak 2009, menurut survei investor yang diterbitkan bulan lalu oleh CBRE Group Inc, sebagai perusahaan jasa properti terbesar dunia.

Pada saat yang sama, industri perhotelan menghadapi terpaan dari yen bangkit kembali. Mata uang ini  telah menguat sekitar 10 persen dari level 13-tahun terendah terhadap dolar pada bulan Juni.

Hal ini membuat Jepang menjadi lebih mahal bagi pengunjung luar negeri. Pertumbuhan ekonomi terlemah selama seperempat abad terakhir di Tiongkok juga bisa menjadi hambatan lain bagi dunia wisata Jepang.

"Sektor perhotelan mungkin akan underperform tahun ini," kata seorang analis real estate berbasis di Deutsche Bank AG Tokyo , Yoji Otani.

Kebijakan suku bunga negatif Bank of Japan yang diadopsi pada bulan Januari juga bisa menjadi penghambat. Masalahnya, bank-bank akan mengambil langkah hati-hati dalam untuk memberikan pinjaman kepada sektor properti sehingga akan membebani harga real estate di Tokyo tahun ini.

Baca Juga

(ncl/ncl)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section