1. HOME
  2. FINANCE
MONEY TUESDAY

Bisnis Pakaian Bekas Perlahan Lesu

Penjualan pakaian bekas mengalami penurunan hingga 60 persen.

By Rohimat Nurbaya 12 Januari 2016 16:08
Ilustrasi pakaian bekas (rookiemoms.com)

Money.id - Para pengusaha pakaian bekas mulai teriak, omzet mereka tidak lagi segurih beberapa bulan lalu.

Hal tersebut akibat adanya kebijakan dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang mempertegas pelarangan impor pakaian bekas. 

Sanksi dari aturan baru itu cukup berat, bagi pedagang nekat berjualan pakaian bekas akan dipidana empat tahun penjara atau didenda Rp5 miliar.

(BACA JUGA: 2016, Penjual Pakaian Bekas Impor Bakal Didenda Rp5 Miliar)

Hadi Sulistyo (35) karyawan agen penjualan pakaian bekas impor, NV Fashion Center mengatakan setelah kebijakan Kemendag itu beredar di media banyak pedagang ketakutan, akhirnya berimbas pada penurunan omzet.

Pendapatan agen pakaian bekas menurun hingga 60 persen.

"Dulu satu minggu bisa laku minimal 10 bal, sekarang paling banyak empat bal saja sudah bersyukur," kata Hadi kepada Money.id, Selasa 12 Januari 2015.

Menurut Hadi, penurunan omzet penjualan pakaian bekas terjadi sejak Juli pekan lalu, tepatnya setelah Idul Fitri 2015.

Sejak saat itu NV Fashion Center yang berada di kawasan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat mulai kelabakan mencari pelanggan.   

Kini hanya pembeli eceran dan pelanggan tetap saja yang berani beli baju bekas di sana, tidak ada lagi reseller yang berani memborong pakaian bekas dari tempat Hadi bekerja. 

"Mungkin orang-orang ketakukan mau jual baju bekas, sekarang hanya pembeli eceran saja yang datang ke sini," ujarnya.

Dijual online

Saat ini jenis pakaian bekas yang masih laku di NV Fashion Center adalah dres dan blues.

Pembeli biasanya datang dari Depok dan Bandung, itu pun dibantu dengan penjualan secara online baik melalui website sendiri maupun menumpang berjualan di beberapa e-commerse yang ada di Indonesia.

"Mereka biasanya hanya membeli paketan atau satuan saja, bukan bal-balan. Kebanyakan untuk dipakai bukan untuk dijual lagi," ucap Hadi.

Hadi menuturkan, penjualan secara online dirasa cukup membantu di tengah kelesuan industri pakaian bekas.

Dia menduga salah satu faktornya saat ini belanja secara online sedang digemari oleh kaum hawa di beberapa kota besar di Inodonesia.

Namun menurut dia, pelanggan yang memesan pakaian bekas secara online di NV Fashion Center masih didominasi dari sekitar Jabodetabek dan beberapa kota besar di Jawa Barat. "Kalau dari luar luar Jawa ada tapi saya rasa belum banyak," ujarnya. 

Selain itu ada juga konsumen yang khusus membeli baju anak-anak. Beda dengan pakaian wanita, untuk segmen ini kadang ada konsumen sengaja membeli banyak untuk di jual lagi. "Sekarang andalannya dari baju anak saja, kalau yang lainnya lesu semua," ujarnya.

Hadi mengaku tidak tahu faktor penyebabnya, namun menurut dia masih banyak orangtua memilih pakaian bekas untuk baju ganti sehari-hari anaknya. 

"Biasanya paling laku baju untuk anak umur satu tahun hingga lima tahun," ucap dia.

Harga eceran satu pakaian wanita di NV Fashion Center biasanya dipatok mulai dari Rp30 ribu hingga Rp35 ribu.

Sedangkan pakaian anak Rp20 ribu hingga Rp30 ribu. Mahal murah harga biasanya tergantung ukuran dan kondisi pakaian. 

Masih banyak jenis pakaian bekas lainnya yang dijual di sana, seperti blazer, kemeja, dan celana jeans dan lainnya.

Harga bervariasi mulai dari mulai dari Rp30 ribu hingga Rp50 ribu per potong. Kemudian untuk harga per bal biasanya dipatok mulai dari Rp4,5 juta untuk paling murah dan paling mahal Rp9 juta per bal. (poy)

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section