1. HOME
  2. FINANCE
HARGA MINYAK

Badai Pemecatan Karyawan Perusahaan Minyak

Perusahaan minyak terbesar di dunia Schlumberger memecat 10 ribu pegawai dari total 95 ribu pegawai yang bekerja.

By Rohimat Nurbaya 28 Januari 2016 12:08
Ilustrasi kilang minyak (Pixabay)

Money.id - Terus menurunnya harga minyak dunia, membuat beberapa perusahaan merugi, tidak terkecuali perusahaan minyak terbesar di dunia Schlumberger Ltd.

Dikutip dari CNBC, perusahaan minyak tersebut harus mengalami pembatalan proyek pengeboran minyak dari kliennya. Harga minyak mentah memang terus anjlok sejak 18 bulan terakhir.

Keadaan tersebut membuat Schlumberger menderita kerugian sebesar US$1 miliar pada kuartal IV 2015.

Mereka berencana melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 10 ribu pegawai dari total 95 ribu pegawai yang bekerja.

Pemutusan kerja tersebut bukan pertama kali dilakukan perusahaan minyak tersebut, pada November 2014, Schlumberger telah memberhentikan 34 ribu karyawan, jumlah tersebut merupakan 26 persen dari total karyawan di perusahaan tersebut.

Sebelum terjadi penurunan harga minyak, West Texas Intermediate (WTI) untuk patokan Amerika Serikat biasanya dipatok di atas US$100 namun akhir-akhir ini harganya mencapai di bawah US$30 per barel.

Selain itu, pengumuman laba Schlumberger mempengaruhi keputusan investor yang pada akhirnya menolak rencana proyek yang ingin dilakukan.

Kerugian perusahaan yang mencapai US$1 miliar akibat turunnya pendapatan hingga 40 persen menjadi US$7,74 miliar.

Chief Executive Schlumberger Paal Kibsgaard memperingatkan sentimen negatif pada kuartal IV 2015 bakal berlanjut melihat melimpahnya stok minyak dunia.

Membanjirnya pasokan akan menekan harga dan membuat perusahaan minyak yang memakai jasa pengeboran Schlumberger menahan aktivitas produksi.

Schlumberger juga mengumumkan program US$10 miliar pembelian kembali saham baru. Hal ini diharapkan dapat membantu untuk mendorong naiknya sebanyak 4 persen dalam perdagangan depan. Tahun lalu, saham perusahaan ini turun lebih dari 18 persen.

Badai pemecatan

Dikutip dari laman Merdeka.com, kemudian perusahaan lain yang dilanda badai pemecatan adalah raksasa minyak dari Ingris, British Petroleum (BP). Dua pekan lalu, perusahaan tersebut mengumumkan pemecatan terhadap 4.000 karyawan di seluruh dunia.

Perusahaan minyak raksasa Inggris, BP mengumumkan akan memecat 4.000 karyawan di seluruh dunia dalam dua tahun ke depan. Kebijakan ini diambil untuk efisiensi karena perusahaan sangat sulit menghadapi rendahnya harga minyak dunia.

Perusahaan tersebut akan mengurangi pekerja dari 24 ribu menjadi 20 ribu di akhir 2017 mendatang. Pemecatan karyawan mencakup 600 orang di antaranya adalah karyawan yang bekerja di kilang minyak di Laut Utara BP.

Pada 2014 BP juga telah memecat 4.000 karyawan sebagai bentuk strategi perusahaan jangka panjang.

Presiden regional BP untuk wilayah Laut Utara, Mark Thomas mengatakan, pihaknya perlu mengambil langkah untuk memastikan bisnis tetap kompetitif di tengah pelemahan harga minyak dunia.

"Hasilnya berdampak pada pegawai dan kami mengharapkan pengurangan 600 staf di Laut Utara hingga akhir 2017," ucap Mark.

Selain Schlumberger, pada pertengahan 2015 Chevron memecat sekitar 1.500 karyawannya. Kebijakan itu dilakukan untuk menghemat anggaran sebesar US$1 miliar atau Rp13,8 triliun.

Akibat pengurangan pegawai tersebut, ada sekitar 270 jabatan tidak terisi. Efisiensi biaya produksi tersebut belum bisa dipastikan hingga kapan, semua tergantung terhadap harga minyak.

Pada April 2015, salah satu perusahaan minyak besar, Husky Energy mengumumkan sekitar 1.000 pekerja konstruksi yang dipekerjakan oleh satu kontraktor di proyek oil sands Sunrise akan diberhentikan dari pekerjaannya.

Pada Agustus 2015 Royal Dutch Shell perusahaan minyak asal Belanda, mengumumkan memecat 6.500 karyawannya.

Saat itu mereka mengambil keputusan tersebut karena terkena imbas pelemahan ekonomi global. Saat itu, Shell juga meyakini harga minyak dunia bakal terus menurun

"Penurunan harga minyak ini akan bertahan dalam beberapa tahun ke depan. Rencana (pemecatan) ini merefleksikan realitas pasar sekarang," kata CEO Shell, Ben van Beurden.

Perusahaan asal Belanda itu mengalami penurunan laba pada semester kedua 2015 yang cukup tajam. Shell juga bakal memangkas modal investasinya tahun ini sebanyak US$3 miliar.

Rencana tersebut mendapat respons posiif pasar. Harga saham Shell terdorong naik 2,5 persen dalam perdagangan bursa London.

Perusahaan minyak asal Inggris, Centrica juga bakal melakukan hal yang sama terhadap 6.000 karyawan. Kemudian perusahaan minyak asal Kanada juga mengumumkan akan memangkas 1.000 karyawannya. (poy)

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section