1. HOME
    2. FINANCE
FINANCE

Apa Beda KEIN Era Jokowi dan KEN Era SBY?

Dalam Perpres disebutkan bahwa KEIN akan berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden.

By Dwifantya Aquina 22 Januari 2016 14:37
Presiden Joko Widodo melantik Soetrisno Bachir jadi Ketua KEIN (Setkab.go.id)

Money.id - Presiden Joko Widodo membentuk Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) dan mengangkat politisi Partai Amanat Nasional, Soetrisno Bachir menjadi ketua pada Rabu 20 Januari 2016 lalu.

KEIN memiliki tugas sebagai komite pertimbangan Presiden mengenai ekonomi dan industri di Indonesia. KEIN diminta bekerja detail, memberikan masukan untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Padahal di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah telah memiliki Komite Ekonomi Nasional (KEN) yang dipimpin oleh Chairul Tanjung.

Lalu, apa bedanya KEIN dengan KEN?‎

Jokowi mengatakan, komite ini berbeda dengan KEN pada masa pemerintahan Presiden SBY. Menurut Jokowi, perbedaan terdapat pada penekanan kerja.

"KEIN ini titik beratnya lebih ke industrialisasi, pada hilirisasi," katanya.

Jokowi mengatakan, titik berat kerja tersebut dibuat karena dia ingin ke depan, bahan baku dan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia tidak lagi diekspor mentah-mentah.

Dia ingin, ke depan bahan baku dan sumber daya alam di dalam negeri diolah terlebih dahulu di dalam negeri sehingga bisa memberikan nilai tambah kepada ekonomi. Setelah itu, ia berharap pertumbuhan ekonomi juga ikut terdongkrak.

"Ada nilai tambah dari bahan baku yang kita punya, sumber daya alam, tidak lagi kita ekspor komoditas mentah, tidak lagi ekspor bahan baku, tidak lagi kita ekspor barang-barang yang tidak jadi," ungkapnya.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, KEIN akan lebih fokus pada pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan daya saing industri di Indonesia.

‎"Tentu saja itu ada penekanan dalam industri, karena memang apa yang kurang kita punyai selama belasan tahun ini adalah industri. Tanpa membangun industri yang kuat, kita tidak mampu melahirkan dinamika baru dari ekonomi kita," kata Darmin.

 

 

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section