1. HOME
  2. FASHION-BIZ
FINANCE

Meski Bersaing Ketat, Factory Outlet di Tebet Tetap Bertahan

Winda mengawali memodalkan tokonya dari pertama hanya sekitar jutaan namun kini ia harus merogoh kantong lebih dalam..

By Dian Rosalina 15 Januari 2016 17:00
Factory Outlet di Tebet (googlemaps)

Money.id - Awal tahun 2000-an bisnis factory outlet ramai diminati oleh masyarakat. Factory outlet sendiri banyak ditemui di hampir seluruh kota-kota besar seperti Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta.

Di jaman yang serba instan sekarang ini, pamor factory outlet (FO) kini tidak setenar dulu. Banyaknya persaingan usaha dan munculnya online-online shop di media sosial membuat usaha tersebut semakin tergusur. Orang-orang lebih memilih berbelanja lewat media sosial karena lebih cepat, murah dan tidak ribet.

Meskipun kurang diminati, namun salah satu FO di Tebet, Jakarta Selatan cukup lama bertahan dari tahun 2003. Pemilik usaha yang bernama Winda mengungkapkan bisnisnya tersebut berawal dari coba-coba beralih dari menjual CD dan VCD di pinggir jalan.

"Awalnya dulu saya bukan jualan baju-baju begini. Malah CD dan VCD dipinggir jalan. Setelah toko Endorse dan Bloop cukup ramai, saya berpikir untuk berjualan baju juga," kata Winda yang diwawancarai Money.id, Jumat 15 Januari 2016.

Wanita berambut pendek itu bercerita pertama kali menjual baju, ia berdagang di kaki lima. Namun saat itu, tokonya sering digusur oleh petugas. Akhirnya Winda berniat untuk membuka toko tidak jauh dari tempat ia berjualan sebelumnya.

"Iya karena waktu itu banyak pembersihan, jadi saya suka digususr. Tapi saya coba-cobalah buka toko, toh harga sewa dulu masih terjangkau. Dari situ saya terus melanjutkan usaha hingga sekarang," ujarnya.

Dari Jutaan Hingga Puluhan Juta

Winda mengawali bisnisnya dengan modal satu jutaan. Namun kini ia harus merogoh kantong lebih dalam untuk tetap mempertahankan usahanya tersebut. Sekitar beberapa puluh juta hanya untuk membeli pakaian.

Meskipun barang yang ada di tokonya kebanyakan adalah barang sisa ekspor bermerek, namun wanita berumur 40 tahun tersebut harus tetap pintar memilih baju yang akan dia jual nantinya. Dan ia menjelaskan bahwa barang-barangnya tersebut adalah barang branded yang tidak bisa lagi masuk ke toko dan bukan tiruan.

Diakuinya tiga tahun belakangan ini, garmen semakin sulit dicari. Jadi Winda beralih berbelanja baju di Tanah Abang dalam jumlah besar.

"Misalnya satu seri baju model apa saya beli setengah lusin. Saya biasanya memilih pakaian yang sedang tren sekarang saja. Biar cepat terjual, jadi paling tidak dua sampai tiga hari saya balik lagi," cerita Winda.

Ia pun mengakui bisnis FO beberapa tahun lalu memang sangat menjanjikan dan menawarkan keuntungan yang tidak sedikit.

"Modal baju dulu sama sekarang sudah beda. Misalnya dress, dulu saya beli paling Rp 25 ribu paling mahal, tapi kalau sekarang dari sananya saja Rp 85 ribu, ya saya jual sekitar Rp 120 ribu. Itu juga masih ditawar," kata dia.

Harga baju yang ia tawarkan di tokonya mulai dari Rp 150 ribu untuk celana panjang, Rp 100-150 ribu utnuk semua dress, dan kaos Rp 40 ribu.

Wanita yang telah memiliki cucu tersebut mengatakan, omzet yang ia peroleh dulu bisa mencapai Rp 50-100 juta per bulan. Tapi kini ia hanya bisa mengantongi keuntungan sekitar Rp 20 juta saja per bulannya.

"Semua itu karena banyak saingannya dan daya beli sekarang dengan yang dulu sudah jauh berbeda," ucapnya.

Pernah Ditipu Rekan Bisnis

Dalam menjalani sebuah usaha, jatuh bangun sudah menjadi hal yang biasa dialami oleh para pengusaha. Sebagai pemilik FO Winda pun mengalami hal yang serupa.

Beberapa waktu lalu, ia pernah di datangi oleh beberapa orang yang ingin bekerja sama dengan dia. Sistem yang ditawarkan adalah mengambil barang dulu kemudian orang itu baru bayar jika barang diambil sudah terjual.

"Waktu itu memang banyak yang sempat meminta seperti itu. Ya, lagi kurang beruntung saja, saya ditipu oleh orang-orang tersebut hingga Rp 5 juta. Makanya sekarang tidak mau lagi menerima kerja sama macam itu," ujarnya.

Meski bisnis FO tidak setenar dan sebesar dulu, namun masih ada konsumen yang mencari baju ke tokonya. Khususnya saat lebaran dan saat orang-orang baru mendapat gaji.

"Disini ramainya kalau hari-hari besar seperti lebaran, lalu tanggal 26 dan 8 di setiap bulannya, atau weekend. Saya bisa menjual hingga 10 potong baju, bahkan lebih," kata Winda sambil mengenakan kacamatanya.

Ia berharap kedepannya harus tetap yakin bahwa masih ada orang-orang yang akan membeli baju ke FO. Walaupun banyak siangan seperti online shop, dia punya strategi marketing sendiri.


Suka Artikel Ini? Klik Like

(dr/dr)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Fashion-Biz Section