Menjadi seorang fotografer lepas, tidak membuat pria berumur 22 tahun ini bekerja asal-asalan. Meskipun banyak permintaan klien yang aneh-aneh, dia pun tetap menjalaninya secara profesional.

"Waktu itu saya pernah diprotes. Tetapi itu karena kliennya juga, permintaan di awal dan di akhir berbeda. Kalau begitu sih, saya biasanya menjelaskan secara baik-baik sih biar hasil akhirnya tidak jelek dan aneh. Itulah resikonya jadi freelance," kata Ical.

Tidak hanya itu, freelance cenderung bekerja sendiri. Dia terkadang suka keteteran jika harus melakukan project besar sendirian.

"Memang ada enaknya, ya ada tidaknya juga. Kalau enaknya, uang yang dihasilkan masuk ke kantong sendiri, tetapi yang tidak enaknya biasanya kalau sudah tidak bisa di-handle lagi harus ajak teman," ucap dia.

Bukan hanya dari klien, kadang pendapat orangtua Ical mengenai profesinya tersebut pun menurut mereka kurang menjanjikan ke depannya. Padahal dalam sebulan dia bisa mendapatkan satu sampai dua pekerjaan dan bisa membiayai kuliahnya sendiri.

Untuk saat ini, pria yang menekuni pekerjaan tersebut selama dua tahun belakangan lebih memilih menjadi seorang freelancer ketimbang bekerja dengan orang lain. Selain lebih menguntungkan, pekerjaan freelancer tidak terpaku oleh waktu.

"Ya sekarang ini saya lebih memilih jadi freelance sih. Tetapi setelah lulus kuliah, saya mau pekerja di sebuah studio desain menjadi seorang fotografer," kata Ical. (poy)

(dr/dr)