1. HOME
  2. DIGITAL
UBER TAXI

Uber Lahir Karena Layanan Taksi Konvensional Payah!

Dua pendiri Uber, Travis kalanick dan Garrett Camp, punya pengalaman buruk dengan layanan taksi konvensional.

By Adhi 29 Maret 2016 17:28
Aplikasi Uber (bellinghamwins.com)

Money.id - Uber adalah pelopor layanan taksi online berbasis aplikasi. Kehadirannya kerap menyulut kontroversi.

Tak hanya di Indonesia, Uber mendapat protes keras dari para sopir taksi konvensional di berbagai penjuru dunia.

Di tahun 2016 saja, setidaknya terjadi empat demonstrasi besar di berbagai negara menolak keberadaan Uber, yakni di Madrid, Spanyol, Guadalajara, Meksiko, Kairo, Mesir, dan yang terakhir adalah di Jakarta.

Anehnya, meski terus mendapat hujatan, Uber justru sukses menjelma menjadi perusahaan 'raksasa' di sektor layanan transportasi online.

Menurut informasi yang dilansir Forbes, perusahaan yang didirikan oleh Travis Kalanick dan Garrett Camp itu kini menempati posisi pertama startup paling berharga di dunia dengan nilai mencapai US$ 51 miliar, setara dengan Rp 688 triliun.

Uber sukses menggeser Xiaomi, produsen smartphone asal China yang kini berada di posisi kedua dengan nilai US$46 miliar. Sedangkan posisi ketiga ditempati oleh Airbnb dengan kisaran nilai US$25 miliar.

Hebatnya lagi, nilai Uber juga melampaui dua raksasa otomotif Amerika Serikat, yakni General Motors (GM) dan Ford. Nilai kapitalisasi pasar GM dan Ford diperkikaran "hanya" mencapai sekitar US$56,4 miliar atau lebih dari Rp750 triliun.

Bagaimana ide Uber tercetus?

Pada musim salju 2008, Travis Kalanick dan Garrett Camp melakukan perjalanan ke Paris untuk menghadiri konferensi teknologi LeWeb.

Setibanya di Paris, bukan sensasi kebahagiaan atau romantisme khas Paris yang mereka dapatkan. Keduanya justru menggigil kedinginan lantaran badai salju yang cukup ekstrem.

Tak cukup sampai di situ. Di Bandara, mereka kesulitan mencari taksi. Susah payah Kalanick dan Camp menyeret koper besar mereka mencari-cari taksi di sekitar bandara.

Sejak saat itu, Kalanick dan Camp berpikir keras untuk menyediakan solusi untuk masalah yang mereka hadapi. Tentunya dengan solusi teknologi.

Travis Kalanick dan Garret Camp (siliconindia.com)

Mereka ingin membuat suatu platform layanan pemesanan taksi yang sangat sederhana. Cukup menekan tombol pada layar smartphone, dan taksi yang siap mengantar kemana pun.

Kalanick dan Camp sadar, ide saja tidak cukup. Mereka pun menyambangi sejumlah pengusaha (investor startup) di Paris dan menceritakan buruknya layanan taksi di Ibukota Perancis tersebut. Tak lupa, mereka menerangkan ide 'canggih' mereka, yakni memesan taksi lewat smartphone.

Sayang, tak ada satu pun investor di Paris yang tertarik.

Kalanick dan Camp kembali ke San Francisco, California, Amerika Serikat. Camp tetap terobsesi dengan ide layanan mobil panggilan. Tanpa sepengetahuan Kalanick, ia membeli domain UberCab.com.

Namun begitu, Camp yakin hanya Kalanick yang bisa mewujudkan ide ini menjadi nyata,

"Aku tahu ini sebuah ide besar yang butuh banyak keberanian, dan dia (Kalanick) membuat saya terkesan sebagai seseorang yang memiliki keberanian," kata Camp seperti saat melakukan wawancara dengan Vanity Fair.

Camp berhasil meyakinkan Kalanick untuk menjalankan Uber pada 2009. Untungnya, baik Kalanick mau pun Camp sudah mapan sebelum membangun Uber.

Kalanick baru saja menjual startup besutannya, Red Swoosh, sebuah perusahaan pengiriman konten sebesar US$20 juta kepada Akamai Technologies. Sedangkan Camp menjual perusahaan mesin pencarinya StumbleUpon kepada eBay senilai US$75 juta.

Alhasil, Uber datang berbekal pundi-pundi pendanaan yang cukup meyakinkan.

Baca juga:

(a/a)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Digital Section