Money.id - Ranah media sosial, khususnya Twitter kerap menjadi alat kampanye dan penyebarluasan informasi yang sangat efektif. Namun begitu, Twitter tak jarang juga dimanfaatkan sebagai media kampanye hitam untuk menjelek-jelekkan suatu pihak.

Menurut data yang dirilis Indonesia Center, jumlah tweet bernada miring terhadap Presiden Joko Widodo di Twitter berkurang signifikan dalam kurun waktu sebulan belakangan. Hal ini, menurut Indonesia Indicator, salah satunya dipicu oleh dikeluarkannya surat edaran Kapolri Jenderal Badrodin Haiti terkait regulasi pidana ujaran kebencian (hate speech).

Indonesia Indicator mencatat, jumlah kicauan yang menyiratkan penghinaan terkait Jokowi biasanya mencapai 6.540 per bulan. Akan tetapi, kini rata-ratanya menurun hingga 3.114 per bulan atau berkurang sampai 53%.

Menurut Tika Herlambang, Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, surat tersebut cukup efektif. Hal ini juga membuat banyak pengguna media sosial untuk berhati-hati, dan lebih elegan dalam menyampaikan protes.

Surat Edaran tentang Penanganan Ujaran Kebencian yang diteken pada 8 Oktober 2015 oleh Kapolri Badrodin Haiti ditujukan untuk internal kepolisian agar aktif memantau konten-konten di media sosial.

Sejumlah aktivis khawatir surat ini bisa mematikan kritik terhadap pemerintah karena surat edaran itu memasukan unsur pencemaran nama baik yang dianggap berpotensi menghambat kebebasan berpendapat.

Indonesia Indicator juga menemukan bahwa ujaran kebencian mendapat perhatian cukup besar oleh media online. Ada sekitar 1.297 pemberitaan terkait topik tersebut dalam sebulan terakhir dan 50% di antaranya menyiratkan sentimen negatif.

Jokowi sendiri membuat akun resmi pribadinya pada September 2011 lalu, saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Saat ini, akun @jokowi sudah memiliki 3,8 jutam pengikut. (ita)

Suka Informasi Ini? Klik Like Ini