1. HOME
  2. DIGITAL
CYBERCRIME

Pengguna Windows Rugi Rp 2,3 Juta Akibat Malware

Kaspersky Lab dan B2B International menyimpulkan bahwa malware paling sering ditemukan di komputer berbasis Windows.

By Syahid 6 Oktober 2015 19:02
Ilustrasi malware komputer (techgadgetcentral.com)

Money.id - Penelitian yang dilakukan oleh Kaspersky Lab dan B2B International menemukan fakta bahwa pada tahun 2014 lalu hampir setengah dari pengguna internet (45%) harus berurusan dengan malware berbahaya.

Kaspersky Lab dan B2B International menyimpulkan bahwa malware paling sering ditemukan di komputer berbasis Windows. Mayoritas, atau sekitar 83% pengguna Windows diklaim pernah bermasalah dengan malware dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.

Yang paling sering (35% dari keseluruhan kasus), pengguna menyadari bahwa perangkatnya terserang malware setelah merasakan performa perangkat yang melambat, 30% responden mengaku mengalami banjir iklan yang tidak diinginkan, serta 20% responden menemukan program yang tidak diinginkan di perangkatnya.

Di antara semua dampak-dampak negatif ini, yang paling berbahaya adalah perubahan dalam browser atau pengaturan sistem operasi tanpa sepengetahuan si pengguna (17%), pencurian data pribadi (8%), publikasi tanpa izin atau like di media sosial (9%) dan peretasan webcam (6%).

Sebagai tambahan, responden juga menyinggung adanya tebusan yang harus mereka bayarkan kepada penjahat cyber untuk membuka blokir perangkat (11% dari seluruh kasus) atau dekripsi data pribadi (6%) setelah terinfeksi ransomware.

Selain harus membayar tebusan, korban juga harus mengeluarkan uang untuk memulihkan perangkat atau data, menghilangkan efek samping infeksi pada piranti lunak, dan beberapa bahkan harus membeli perangkat pengganti. Ketika terjadi kerugian finansial, jumlah rata-rata biaya setiap serangan adalah sebesar USD 160 atau setara dengan Rp 2,3 juta.

"Biaya dan efek tak menyenangkan dari sebuah infeksi malware dapat dihindari dengan sedikit sikap bijaksana. Contohnya, jangan menghubungkan USB yang tidak terverifikasi pada perangkat, hanya gunakan toko aplikasi resmi, menjaga sistem operasi dan aplikasi up to date dan scan data-data dengan program sekuritas sebelum membukanya," jelas Elena Kharchenko, Head of Consumer Product Management, Kaspersky Lab dalam siaran persnya. (AM)

(s)

Komentar

Recommended

What Next

More From Digital Section