1. HOME
  2. DIGITAL
DIGITAL

Akhirnya Indonesia Sediakan Pasar Khusus Bagi Startup

Indonesia ingin mengejar visi untuk menjadi tempat yang ramah dan nyaman bagi pengusaha teknologi regional

By Nur Chandra Laksana 9 Maret 2016 16:57
Ilustrasi Pasar Saham (thedailybeast.com)

Money.id - Semenjak munculnya banyak startup di Indonesia, akhirnya pemerintah Indoneisa berencana untuk mendirikan pasar khusus bagi startup yang ingin melakukan Initial Public Offering (IPO) di bursa Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dilansir dari laman Bloomerg, Indonesia ingin mengejar visi mereka untuk menjadi tempat yang ramah dan nyaman bagi pengusaha teknologi regional.

Pasar perdagangan saham khusus yang sementara ini disebut Dewan Teknologi ini dikhususkan bagi pendiri dan investor startup yang ingin membuka perusahaannya untuk publik, kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara.

Sebagai negara keempat terpadat di dunia, Indonesia memang berada pada titik puncak booming bisnis online,  setelah sebelumnya sempat terombang-ambing ekonominya selama bertahun-tahun. Booming bisnis online di Indonesia didorong oleh meningkatnya penetrasi seluler dan besarnya populasi anak muda di Asia.

Berkat booming bisnis online di Indonesia, raksasa e-commerce lokal mulai dari Tokopedia hingga MatahariMall berhasil meningkatnya pendapatannya. Sementara pemain global seperti Uber Technologies Inc baru saja mendirikan cabangnya.

Rudiantara mengatakan tur ke Silicon Valley yang baru ini dilakukannya telah mengilhaminya untuk mendorong kebijakan yang bisa menciptakan seribu startup yang layak hingga tahun 2020.

"Semua investor ingin memanen investasi mereka," kata Rudiantara pada konferensi modal ventura di Jakarta. "Kami ingin memberikan mereka sebuah strategi melalui pasar modal dengan menciptakan dewan teknologi."

Presiden Joko Widodo, yang mulai mnejabat sebagai Presiden pada tahun 2014 dengan platform reformisnya, ingin menciptakan lingkungan startup yang hidup dan menggunakan teknologi untuk meningkatkan ekonomi.

Baru-baru ini, pemerintahan Jokowi berencana untuk mengizinkan perusahaan asing secara penuh memiliki sebuah bisnis e-commerce di Indonesia. Ini adalah bagian dari mengangkat birokrasi yang selama ini menghambat beberapa industri yang sebelumnya memiliki batasan investasi.

Membantu investor memperoleh penghasilan melalui IPO merupakan salah satu mata rantai yang hilang dalam ekosistem startup yang baru lahir. Dari Tiongkok hingga Singapura, pemerintahnya telah menyiapkan pasar untuk membantu perusahaan bisa berkembang pesat dengan meningkatkan modal dan memungkinkan investor melakukan IPO lebih cepat.

Tidak seperti pasar yang lebih matang seperti Tiongkok yang telah menghasilkan banyak miliarder teknologi, Indonesia selalu mengandalkan merger dan akuisisi untuk meningkatkan modal dan mengembangkan perusahaan.

Dari 14 IPO teknologi di Asia Tenggara antara 2001 dan 2015, tidak ada yang dari Indonesia, menurut laporan minggu ini yang dikeluarkan oleh Golden Gate Ventures yang berbasis di Singapura. Antara 2005 dan 2015, 26 perusahaan Indonesia digabung atau diakuisisi, menurut laporan tersebut.

 

E-Commerce Tertarik IPO

Hendrik Tio, pendiri dan CEO perusahaan e-commerce Bhinneka.com, mengatakan dirinya adalah salah di antara mereka yang ingin menjual perusahaannya ke publik melalui IPO paling cepat pada 2018.

"Pemerintah sedang mempertimbangkan berbagai aturan termasuk perusahaan jenis apa yang bisa memasuki pasar dan broker apa yang boleh terlibat atau yang bisa berdagang," kata Tio. "Bagi kami, IPO adalah hal yang paling logis untuk dilakukan bagi keuangan kami, dan kami juga ingin Bhinneka dimiliki oleh rakyat Indonesia."

Indonesia sepertinya melirik negara tetangga sebagai inspirasi. Singapura sudah mendirikan dewan pasar sekunder yang disebut 'Catalyst' sejak tahun 2007. Dewan ini ditujukan untuk perusahaan kecil yang tidak memenuhi persyaratan tercatat di bursa saham utama. Sementara Korea Exchange mulai melirik pasar ketiga untuk startup teknologi pada tahun 2013.

Tito Sulistio, CEO BEI, membenarkan rencana untuk mengaktifkan pasar khusus startup tersebut dan mengatakan para pejabat terkait sedang bekerja menyusun peraturannya.

"Kami juga membutuhkan infrastruktur yang dapat menjamin likuiditas," kata Sulistio.

 

Butuh waktu

Kebijakan terbaru tentang IPO startup ini mungkin akan memakan waktu, kata Donald Wihardja, seorang partner di Convergence Ventures di Jakarta yang bergabung delegasi Indonesia ke Silicon Valley pada tahun 2015 dan juga bulan lalu.

"Mungkin hanya ada satu atau dua perusahaan teknologi yang siap IPO sekarang. Tapi jika kita menunggu sampai 20 perusahaan siap, itu akan terlalu terlambat," katanya. "Ini langkah preemptive yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki strategi keluar yang dirancang untuk startup."

Kualitas - bukan kuantitas - merupakan prioritas dalam upaya untuk menciptakan 1.000 startup. Rudiantara menekankan bahwa Indonesia tidak akan tebang pilih dalam mendukung pengusaha.

"Ini adalah startup dengan modal awal yang telah melalui proses inkubasi dan program akselerator. Bukan startup yang hanya membuat sebuah aplikasi," katanya. "Indonesia akan berada di peta dunia untuk ekonomi digital."

(ncl/ncl)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Digital Section