1. HOME
  2. NEWS
KECELAKAAN PESAWAT

Perbandingan Siapa Paling Telat, Maskapai Amerika Atau Indonesia

Secara keseluruhan, on time arrivals di industri penerbangan Amerika Serikat membaik.

By Abdul Kharis 20 Februari 2016 15:05

Money.id - Kementerian Transportasi Amerika Serikat merilis data maskapai paling buruk. Dari rilis terungkap Spirit Airlines menjadi maskapai terburuk pada 2015.

Penilaian itu cukup berdasar, sebab maskapai penerbangan murah ini paling sering mendapatkan keluhan. Sebanyak 11,73 dari 100 ribu penumpang mengeluhkan performa maskapai ini.

Dikutip dari bareksa.com, angka keluhan ini jauh lebih tinggi dari rata-rata angka keluhan di seluruh maskapai, yakni sebanyak 1,9 dari 100 ribu keluhan. Keluhan terhadap Spirit Airlines juga meningkat 47 persen dari tahun sebelumnya.

Padahal secara keseluruhan, on time arrivals di industri penerbangan Amerika Serikat membaik. Spirit Airlines merupakan maskapai paling banyak terlambat, dengan on time performance mencapai 79,92 persen.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Ternyata tingkat ketepatan waktu maskapai di Indonesia dan Amerika Serikat tak jauh berbeda. Dari total 356.621 penerbangan pada periode Juli-Desember 2015 tingkat ketepatan waktu 15 maskapai mencapai 77,16 persen.

Tiga maskapai dengan tingkat OTP paling kecil adalah Trigana Air (45,74 persen), Susi Air (34,96 persen) dan Travel Express (33,28 persen). Sementara itu maskapai paling tepat waktu di Indonesia ditempati oleh Batik Air (91,21 persen), Nam Air (90,61 persen) dan maskapai pelat merah Garuda Indonesia Tbk (85,82 persen).

Dari keseluruhan OTP, Kementerian Perhubungan menyatakan faktor teknis operasional seperti kondisi bandar udara (di luar manajemen maskapai), bandara tidak dapat digunakan, keretakan landasan pacu, keterlambatan pengisian bahan bakar, dan terjadinya antrian pesawat yang akan take off maupun landing di bandara menyumbang hingga 32,75 persen dari seluruh perjalanan yang telat.

Selanjutnya faktor non teknis operasional seperti keterlambatan kru pesawat, keterlambatan katering, keterlambatan karena menunggu penumpang yang akan check in, ketidaksiapan pesawat dan keterlambatan penanganan di darat menyumbang 49,63 persen. Hanya 15,84 persen yang disebabkan peristiwa non teknis seperti cuaca.

(ak/ak)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section