1. HOME
  2. NEWS
NEWS

Mengenal Pahlawan Indonesia di Mata Uang Rupiah (II)

Pahlawan Indonesia ini juga ada yang diabadikan menjadi nama bandara.

By Rohimat Nurbaya 13 November 2015 11:31
Pahlawan Nasional Indonesia (Foto: wikimedia/wikimedia/pahlawanindonesia.com)

Money.id - Semua orang Indonesia pasti menggunakan uang lembaran rupiah. Pada lembaran tersebut dipajang gambar pahlawan nasional Indonesia. Banyak orang tidak tahu lebih dalam deretan nama-nama pahlawan itu. 

Berikut nama-nama pahlawan yang ada di lembaran rupiah mulai dari Rp10 ribu hingga Rp100 ribu. 

4. Sultan Mahmud Badaruddin II

Foto: wikipedia

Ketika melihat uang Rp10 ribu pasti tidak asing dengan wajah pahlawan berkumis dan mengenakan syal, dia adalah Pahlawan Nasional Sultan Mahmud Badaruddin II.

Beliau lahir di Palembang pada 1767. Kemudian wafat di Ternate pada 26 September 1852. Dia merupakan pemimpin kesultanan Palembang-Darussalam selama dua periode (1803-1813 dan 1818-1821).

Nama aslinya sebelum menjadi Sultan adalah Raden Hasan Pangeran Ratu. Dalam masa pemerintahannya, dia beberapa kali memimpin pertempuran melawan Inggris dan Belanda, di antaranya Perang Menteng.

Pada 14 Juli 1821, ketika Belanda berhasil menguasai Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarga ditangkap dan diasingkan ke Ternate. Namanya kini diabadikan sebagai nama bandara internasional di Palembang dan Mata uang rupiah pecahan Rp10 ribu.

Penggunaan gambar Sultan Mahmud Badarudin II di uang kertas tersebut sempat menjadi kasus pelanggaran hak cipta, diduga gambar tersebut digunakan tanpa izin pelukisnya.

Tetapi meski demikian terungkap bahwa gambar ini telah menjadi hak milik panitia penyelenggara lomba lukis wajah Sultan Mahmud Badarudin II.

5. Oto Iskandar Dinata

Foto: wikipedia

Ketika melihat uang Rp20 ribu pasti tidak asing dengan gambar orang mengenakan jas, dasi, dan berambut kelimis. Dia adalah Pahlawan Nasional Oto Iskandar Dinata.

Dia lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ayahnya merupakan bangsawan Sunda bernama Nataatmadja. Oto Iskandar Dinata anak ketiga dari sembilan bersaudara.

Dalam kegiatan pergerakannya di masa sebelum kemerdekaan, Oto pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Bandung periode 1921-1924, serta sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Pekalongan pada1924.

Ketika itu, ia menjadi anggota Gemeenteraad (Dewan Kota) Pekalongan mewakili Budi Utomo. Oto juga aktif pada organisasi budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan.

Dia menjadi Sekretaris Pengurus Besar pada 1928, dan menjadi ketuanya pada periode 1929-1942. Organisasi tersebut bergerak dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan.

Oto juga menjadi anggota Volksraad atau semacam DPR yang dibentuk pada masa Hindia Belanda untuk periode 1930-1941.

Pada masa penjajahan Jepang, Oto menjadi Pemimpin surat kabar Tjahaja (1942-1945). Dia kemudian menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Dua lembaga tersebut membantu persiapan kemerdekaan Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan, Oto menjabat sebagai Menteri Negara pada kabinet pertama Republik Indonesia 1945.

Ia bertugas mempersiapkan terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) dari laskar-laskar rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dalam melaksanakan tugasnya, Oto diperkirakan telah menimbulkan ketidakpuasan pada salah satu laskar tersebut.

Kemudian dia menjadi korban penculikan sekelompok orang yang bernama Laskar Hitam, hingga kemudian hilang dan diperkirakan terbunuh di daerah Banten, Jawa Barat.

Oto Iskandar Dinata diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.

Guna mengabadikan perjuangannya dibuat sebuah monumen perjuangan Bandung Utara di Lembang bernama 'Monumen Pasir Pahlawan'. Nama Oto Iskandar Dinata juga diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota di Indonesia.

6. Kolonel TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai

Ketika melihat uang Rp50 ribu pasti tidak asing lagi dengan gambar orang menggunakan peci serta berpakaian militer. Dia adalah Pahlawan Nasional Kolonel TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai.

Beliau lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali pada 30 Januari 1917. Kemudian meninggal di Marga, Tabanan, Bali pada 20 November 1946. Saat itu usianya 29 tahun.

I Gusti Ngurah Rai memiliki pasukan yang bernama 'Ciung Wenara'. Mereka melakukan pertempuran terakhir yang dikenal dengan nama Puputan Margarana.

Puputan dalam bahasa bali, berarti habis-habisan, sedangkan Margarana berarti Pertempuran di Marga. Tempat itu merupakan sebuah desa ibu kota kecamatan di pelosok Kabupaten Tabanan, Bali.

Saat itu dia bersama 1.372 anggotanya pejuang Markas Besar Oemoem (MBO) dan Dewan Perjoeangan Republik Indonesia Sunda Kecil (DPRI SK) dibuatkan nisan di Kompleks Monumen de Kleine Sunda Eilanden, Candi Marga, Tabanan.

Pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Mahaputra dan kenaikan pangkat menjadi Brigjen TNI (anumerta). Namanya kemudian diabadikan dalam nama bandar udara di Bali, Bandara Ngurah Rai.

7. Soekarno dan Mohammad Hatta

Foto: wikipedia

Pada uang Rp100 ribu ada gambar dua orang mengenakan peci, jas, dan dasi. Mereka adalah presiden dan wakil presiden pertama RI, yakni Soekarno dan Mohammad Hatta.

Ir Soekarno atau Koesno Sosrodihardjo, lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 6 Juni 1901. Kemudian meninggal di Jakarta pada 21 Juni 1970. Saat itu usianya 69 tahun.

Dia menjabat sebagai presiden pada periode 1945–1966. Beliau memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Soekarno adalah penggali Pancasila karena dia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia serta dia sendiri yang menamainya Pancasila. Beliau merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Kemudian Drs H Mohammad Hatta atau Muhammad Athar lahir pada 12 Agustus 1902 di Fort de Kock atau sekarang Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Kemudian beliau meninggal di Jakarta pada 14 Maret 1980. Saat itu usianya 77 tahun.

Dia merupakan pejuang, negarawan, ekonom. Beliau bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia.

Mohammad Hatta juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Dia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. (ita)

Suka Informasi Ini? Klik Like Ini

 

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section