1. HOME
  2. NEWS
NEWS

Karena Online Shop, Singapura Terancam 'Pensiun' Jadi Surga Belanja

Presentasi masyarakat yang beralih ke online shopping di Singapura jauh lebih besar ketimbang di Hong Kong dan Malaysia.

By Dwifantya Aquina 26 Mei 2016 08:03
Orchard Road, kawasan belanja di Singapura (globalblue.com)

Money.id - Status Singapura sebagai sebagai surga belanja di Asia, khususnya Asia Tenggara, diprediksi bakal luntur. Tengok saja tempat-tempat perbelanjaan utama di Singapura beberapa waktu belakangan ini, cenderung sepi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Etalase-etalase pun tampak kosong.

Melemahnya perekonomian negara-negara di sekitar Singapura sepertinya menjadi salah satu alasan yang memicu lowongnya pusat-pusat perbelanjaan di Singapura. Bahkan merek-merek terkenal sepertinya enggan untuk tetap memamerkan koleksinya di Singapura meskipun harga sewa properti di Negara Singa tersebut merosot tajam dari harga tertinggi di 2014.

Para broker properti meramalkan akan banyak retailer yang memilih untuk menutup toko mereka karena pelemahan sewa properti tidak cukup untuk membujuk mereka untuk tetap memamerkan koleksinya di Singapura.

Berikut beberapa alasan mengapa Singapura sepertinya akan kehilangan status sebagai surga belanja, seperti dikutip Bloomberg, Rabu 25 Mei 2016.

Melek Teknologi

Warga Singapura merupakan masyarakat yang melek teknologi. Presentasi masyarakat yang beralih ke online shopping di Singapura jauh lebih besar ketimbang di Hong Kong dan Malaysia.

“Perdagangan ritel berubah karena e-commerce dan mall harus memposisikan diri agar bisa bertahan di masa depan,” ujar John Lim, CEO ARA Asset Management, yang memiliki mall di Singapura, Hong Kong dan Malaysia.

Mal sepertinya harus merubah fokusnya. Outlet makanan dan minuman, hiburan, layanan dan perbankan mungkin bisa jadi fokus baru untuk mall. Dia juga menyarankan mall untuk mengurangi outlet fashion dan barang konsumsi lainnya.

Tutupnya Sejumlah Toko

Beberapa riteler raksasa angkat kaki dari Singapura. Al-Futtaim Group, distributor merek-merek ternama, termasuk Marks&Spencer dan Zara, berencana untuk menutup setidaknya 10 toko di Singapura tahun ini. Padahal konglomerasi tersebut berekspansi ke pasar-pasar lain di Wilayah Asia seperti Malaysia dan Indonesia yang biayanya lebih murah.

Sementara itu, brand dari Inggris New Look dan Brand Perancis Celio juga berencana menutup toko-toko mereka di paruh kedua tahun ini. Menurut broker properti Cushman &Wakefield Inc. akan ada banyak tenan-tenan lain yang mengikuti langkah serupa.

“Setelah mempertimbangkan dengan seksama, kami memutuskan bahwa Singapura sudah tidak lagi berpotensi untuk menjadi pasar utama bagi kami,” ujar New Look kepada Bloomberg.

Toko terakhir milik perusahaan tersebut yang masih beroperasi hingga saat ini akan tutup per 30 Juni nanti.

Kemunduran China

Sama seperti Hong Kong, Singapura juga terkena imbas perlambatan ekonomi China dan menurunya pembelian oleh turis dari negeri tirai bambu tersebut, yang biasanya berkontribusi signifikan.

“Wisatawan China yang datang ke Singapura lebih kepada mencari pengalaman dari pada berbelanja,” ujar Christine Li, Direktur Peneliti Cushman & Wakefield di Singapura.

Menurutnya, di zaman global seperti sekarang,ketika orang-orang bisa menemukan produk dari merek yang sama di mana-mana, perbedaan menjadi kunci utama bagi kesuksesan bisnis retail tetapi sayangnya Singapura tidak memiliki hal ini.

Gangguan Ekonomi

Jumlah pelanggan domestik Singapura semakin berkurang. Indeks harga konsumen negara tersebut bergerak turun dalam 17 bulan berturut-turut per Maret, yang menjadi periode penurunan terpanjang. Hal ini mencerminkan efek dari pelemahan harga minyak dan ekonomi.

Menurut Colliers International, jika permasalahan ekonomi ini berlanjut dan konsumen mengurangi pengeluaran mereka ditengah merebaknya risiko penurunan gaji dan pemutusan hubungan kerja, biaya sewa pusat-pusat perbelanjaan utama bisa jadi jatuh sebesar 5% tahun ini.

Meningkatnya Pasokan

Meningkatnya jumlah pusat perbelanjaan akan menjadi tantangan lain bagi harga sewa. Hal ini juga akan memperkecil angka tingkat keterisian properti komersial. Menurut Cushman & Wakefield, pasokan ruang ritell kosong Singapura akan bertambah sebesar 4 juta kaki persegi (1.219.200 meter persegi) dalam tiga tahun ke depan.

Baca Juga

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section