1. HOME
  2. NEWS
NEWS

Heboh Beasiswa dengan Syarat Keperawanan di Afrika

Beasiswa ini kemudian dikecam oleh kelompok hak asasi manusia.

By Dwifantya Aquina 11 Februari 2016 15:22
Siswa di Afrika Selatan (BBC.co.uk)

Money.id - Sebuah skema beasiswa di Afrika Selatan menjadi sorotan publik. Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mengajukan beasiswa yang ditawarkan kepada sejumlah siswa perempuan di wilayah pedesaan Afrika Selatan itu adalah jika dapat membuktikan bahwa mereka masih perawan.

Sontak, persyaratan beasiswa ini dikecam oleh kelompok hak asasi manusia.

Dilansir BBC, Kamis 11 Februari 2016, seorang wartawannya, Nomsa Maseko, mengunjungi sekolah itu untuk mengetahui lebih lanjut.

Thubelihle Dlodlo merasa gugup ketika meninggalkan rumahnya di dusun Ematsheni di wilayah pedesaan KwaZulu-Natal. Siswi berusia 18 tahun itu memperoleh beasiswa berharga, namun ada yang menarik: dia memenuhi syarat untuk mendapat beasiwa ini jika dia bisa terus menjaga keperawanannya.

"Menjaga agar tetap perawan adalah satu-satunya kesempatan bagi saya untuk mendapatkan pendidikan karena orang tua saya tidak mampu untuk menyekolahkan saya," ujarnya.

Agar terus bisa menerima dana dari beasiswa ini, Dlodlo harus menjalani sejumlah uji keperawanan, namun dia mengatakan tidak keberatan dengan hal ini.

"Uji keperawanan adalah bagian dari budaya saya, itu bukan merupakan pelanggaran privasi saya dan saya merasa bangga setelah saya dikukuhkan bahwa saya benar-benar perawan," tuturnya.

Usia yang diizinkan untuk hubungan seks di Afrika Selatan adalah 16 tahun, meskipun ada pengecualian yang membolehkan mereka yang berumur lebih tua dari usia 12 tahun dan lebih muda dari usia 16 untuk berhubungan seks di antara mereka.

Meski ada aturan hukum yang ketat, Dlodlo sudah berusia dua tahun lebih tua di atas usia minimal untuk hubungan seks namun dia baru akan memulai kuliah di universitas.

Tapi para pegiat berpendapat uji keperawanan ini melanggar hak-hak pribadi dan merupakan hal yang tidak adil untuk mengaitkan seks dengan kesempatan untuk mengenyam pendidikan.

"Apa yang benar-benar mengkhawatirkan adalah bahwa mereka hanya berfokus pada anak perempuan dan ini diskriminatif dan tidak akan mengatasi masalah-masalah terkait kehamilan remaja dan tingkat infeksi HIV," kata Palesa Mpapa dari kelompok kampanye People Opposing Women Abuse.

 

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section