1. HOME
  2. INSPIRATORY
INSPIRATORY BISNIS

Peci M Iming, Seabad Bertahan di Tengah Gempuran Zaman

Sekitar 1906 pria bernama Mas Iming belajar membuat peci. Enam tahun kemudian berani membuka toko.

By Rohimat Nurbaya 30 September 2015 09:00
Toko peci M Iming (Muhammad Rienat)

Money.id - Peci adalah penutup kepala khas orang Melayu. Namun, seiring berjalannya waktu, peci jadi aksesoris penutup kepala umat muslim laki-laki ketika menjalankan ibadah.

Sebetulnya, peci juga lekat dengan karakter presiden pertama RI, Soekarno. Sebab, pada setiap acara kenegaraan, Soekarno kerap menggunakan peci.

Tidak ada literatur pasti darimana asal peci. Tetapi di Kota Bandung, Jawa Barat ada sebuah toko peci yang telah berdiri dari sejak satu abad yang lalu, yaitu peci M Iming.

Toko peci M Iming didirikan seorang pria asli Bandung yang akrab di panggil Mas Iming. Kini bisnis tersebut diteruskan Ella HA Soedja'i. Dia adalah putri bungsu M Hatta Adang Soedja'i yang tak lain adalah cucu pertama Mas Iming.

Ella merupakan generasi keempat penerus usaha peci tersebut dan masih konsisten mempertahankan keaslian peci M Iming.

Toko M Iming berada di Jalan Ahmad Yani, Bandung atau lebih terkenal dengan sebutan Simpang Lima.  Toko peci M Iming lebih mencolok dibanding toko lainnya karena bentuk bangunannya yang masih kental dengan arsitektur zaman Belanda.

Sejak 1912

Awalnya Mas Iming mengenal cara memproduksi peci setelah menikahi Ningsih, anak seorang pemilik hotel di Pasar Baru, Bandung. Mas Iming tidak ikut menggeluti bisnis hotel mertuanya, tapi lebih memilih bisnis peci yang merupakan usaha dari kakak iparnya bernama Tayubi.

Sekitar 1906, Mas Iming belajar membuat peci dari Tayubi yang saat itu berjualan peci di Kawasan Pasar Baru. Tetapi kakak ipar Mas Iming memilih untuk beralih profesi jadi pemain violin.

Pensiunnya Tayubi menjadi pengusaha peci, membuat Mas Iming memberanikan diri untuk membuka toko peci sendiri, tepatnya pada 1912. Modalnya hanya mesin jahit tangan.

Peci hasil jahitannya kemudian dijajakan di pinggir kawasan Simpang Lima, di tanah milik orangtuanya yang merupakan salah satu bangsawan di sana. Kawasan itu dulunya bernama Groote Postweg atau biasa disebut Jalan Raya Timur dan sekarang namanya berubah menjadi Jalan Jend Ahmad Yani.

Meski keturunan seorang yang berada, tetapi Mas Iming tidak mau menyusahkan orangtua. Dengan modal lahan itu, Iming mampu mengembangkan bisnisnya.

Kemudian pada 1930 dia membangun rumah yang dijadikan toko peci di lokasi itu. Pada masa pendudukan Jepang, rumah yang dibangun Mas Iming sempat diduduki penjajah.

Dia sempat menyembunyikan berbagai perlengkapan untuk memproduksi peci, termasuk semua mesin jahit. Kemudian Mas Iming dan keluarga mengungsi.

Beruntung, tidak lama kemudian Mas Iming mendapatkan hak kepemilikan rumahnya dan memulai kembali usaha peci itu.

Hingga kini, toko peci M Iming masih berdiri kokoh meski usianya sudah 100 tahun. Usaha peci itu terus dikelola dengan konsisten dan dipertahankan oleh keturunan Mas Iming.

Pertahankan sejarah

Saat berbincang dengan Money.id beberapa waktu lalu, Ella mengatakan secara turun temurun keluarganya diberi amanat supaya tidak melupakan jejak sejarah itu.

Kata dia, toko tersebut bukan hanya sekadar tempat usaha saja, tetapi juga peninggalan sejarah yang originalitasnya harus dipertahankan. Termasuk desain toko dan etalase tempat penyimpanan peci.

"Isitilahnya ini adalah peninggalan orangtua kami. Ini amanat," kata Ella.

Peci M Iming yang asli dibuat langsung di Jalan Ahmad Yani. Pekerja yang membuat peci juga tidak sembarangan orang. Semua pekerja adalah orang-orang yang sudah lama kenal dengan keluarga Mas Iming.

Para pekerja di sana biasanya mewariskan keahlian membuat peci kepada saudara-saudaranya yang berminat. Itulah sebabnya, ciri khas peci M Iming tidak hilang hingga saat ini.

"Semua pekerja di sini sudah berpuluh-puluh tahun mengabdi dan sudah seperti keluarga sendiri," ucap Ella. (ita)

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section