1. HOME
  2. INSPIRATORY
INSPIRATORY BISNIS

Gara-gara Utang Segunung, Wanita Ini Sukses di Usia Belia

Kerusuhan melanda Jakarta tahun 1998 menjadi awal penderitaan Merry.

By Ita Malau 29 September 2015 14:28
Merry Riana (http://www.merryriana.co.id)

Money.id - Titik terendah dalam hidup bisa menjadi pedang bermata dua. Menghancurkan hidup Anda seketika atau bisa jadi momentum titik balik.

Tergantung Anda hendak memilih yang mana. Tapi, seorang Merry Riana memilih bangkit. Kisah hidup yang menginsipirasi banyak kaum muda.

Ayah Merry hanya punya usaha kecil di bidang engineering. Dengan pendapatan yang tidak terlalu besar, orangtua tidak pernah berpikir untuk mengirim Merry sekolah di luar negeri.

Hingga datang krisis moneter yang melanda Indonesia tahun 1998. Kerusuhan besar melanda Jakarta dan sekitarnya. Tak aman bagi Merry dan keluarga karena kerusuhan itu ditunggangi gerakan anti-keturunan China.

"Orangtua berubah pikiran karena khawatir dengan keselamatan saya," kata Merry, seperti dikutip dari laman Straits Times.

Dengan bekal $1.000, Merry terbang ke Singapura. Tanpa persiapan apa-apa untuk mengikuti ujian masuk kampus di sana.

Bisa ditebak, Merry sempat tak lulus tes bahasa Inggris. Setelah berjibaku, akhirnya dia diterima di salah satu kampus bergensi di sana, Nanyang Technological University. Engineering menjadi pilihan studinya.

Untuk melanjutkan kuliah dan hidup, Merry kemudian meminjam Sin$40.000 atau lebih dar Rp400 juta (dengan kurs saat ini) dari perintah Singapura. Dengan uang saku terbatas, wanita kelahiran Jakarta, 29 Mei 1980 itupun harus superhemat.

Tak jarang, dia hanya makan dua kali sehari. Itupun dengan menu mi instan dan roti. Di kala uang tak ada, Merry bahkan harus rela puasa.  Inilah titik terendah dalam hidup Merry.

Dia kemudian berhitung-hitung jika dia lulus kuliah dan langsung bekerja kantoran, maka utangnya baru luas dalam waktu 10 tahun. "Termasuk bunga," kata dia.

Dia tidak mau itu. "Karena saat itu saya sudah berusia 32 tahun, tanpa tabungan. Saya berikrar, saya harus punya kebebasan finansial sebelum umur 30 tahun," kata dia.

Setelah lulus, diapun banting setir dari dunia engineering dan memilih pekerjaan sebagai konsultan asuransi. Merry bekerja tak henti selama tujuh hari dalam seminggu. Tak kenal lelah.

Momentum balik

Hanya enam bulan yang dibutuhkan Merry untuk mengumpulkan Sin$40 ribu. "Saya serahkan uang tunai karena saya tidak punya buku cek. Rasanya senang sekali saat menelpon orangtua saya dan mengatakan kepada mereka: Kalian tidak perlu khawatir dengan utang saya."

Klien Merry bukanlah taipan-taipan. Hanya warga Singapura biasa. Tanpa rasa gengsi, dia mendekati setiap orang asing di beberapa titik di Singapura, khususnya di tempat keramaian. Dari satu orang ke orang lain, dia menawarkan asuransi.

"Penolakan, pasti ada. Saya sempat down. Tapi, saya katakan pada diri saya sendiri, mereka menolak soal asuransinya, bukan menolak saya sebagai pribadi," kata Merry.

Selama bekerja itu, dia hanya memegang satu kunci: selalu tersenyum kepada orang lain. "Sayapun menjual asuransi untuk 265 orang. Jumlah paling tinggi tahun itu."

Di tahun pertama, dia mengantongi $200 ribu. Dan di tahun ketiga, dia membeli sedan Mercedes-Benz E200. Di usia 26 tahun, Merry memiliki penghasilan total 1 juta dollar Singapura! Diapun membukukan kisah suksesnya tersebut dengan judul A Gift From a Friend tahun 2006.

Saat ditanya kunci suksesnya? Merry menjawab: "Saya bekerja 14 jam sehari, tujuh hari seminggu."

Setelah berlimpah harta, Merry tak ingin berfoya-foya. Uang tersebut dia putarkan kembali dalam berbagai bentuk investasi.  

(im/im)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section