1. HOME
  2. FRESH
KESEHATAN

Bedanya Respons Pria dan Wanita dalam Menghadapi Stres

Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa wanita lebih rentan menderita depresi, gangguan stres pasca-trauma dan gangguan kecemasan lain.

By Dian Rosalina 22 Februari 2016 09:02
Ilustrasi Stres (pixabay.com)

Money.id - Gejala seperti otot menegang, jantung berdebar dan perut terasa sakit, itu yang dialami pria dan wanita saat menghadapi stres. Tetapi ketika perasaan terancam, ketakutan atau frustrasi berlanjut selama beberapa hari atau bulan, perbedaan antara kedua jenis kelamin dalam menghadapi stres mulai muncul.

Dilansir dari Sciencenews.org, Senin 22 Februari 2016, para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa wanita lebih rentan menderita depresi, gangguan stres pasca-trauma dan gangguan kecemasan lain dibandingkan pria.

Semuanya telah dikaitkan dengan stres kronis, kata psikolog Temple University, Debra Bangasser. Tetapi sampai saat ini, studi tentang respons orang terhadap stres masih fokus pada pria.

Sekarang, banyak ilmuwan yang mempelajari respons pada tingkat sel dan genetik di otak tikus yang mengalami stres - jantan dan betina - untuk mendapatkan gambaran dalam otak manusia.

Studi mulai menunjukkan perbedaan antara dua tikus tersebut yang dapat membantu menjelaskan variabilitas dalam reaksi mereka.

Dan bahkan mungkin memberikan pengetahuan yang sangat dibutuhkan tentang mengapa gangguan yang berhubungan dengan stres lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.

Temuan terbaru yang dilaporkan pada pertemuan tahunan Society for Neuroscience, yang diselenggarakan di Chicago pada bulan Oktober, menunjukkan bahwa hormon stres umum memicu respons yang berbeda dalam sel-sel spesifik dalam otak tikus jantan dan betina. Perbedaannya membuat betina kurang mampu beradaptasi dengan stres kronis dibandingkan jantan.

Penelitian lain mengeksplorasi bagaimana paparan hormon yang sama mempengaruhi ekspresi gen di bagian otak yang mengontrol mood dan perilaku.

Sementara penelitian lain menunjukkan bahwa hormon yang berbeda, yang berhubungan dengan kepercayaan, bisa membuat betina lebih rentan untuk mengalami depresi, kecemasan dan PTSD dibandingkan jantan.

"Beberapa perbedaan dapat menyebabkan penyakit dan beberapa mungkin tidak," kata Bangasser. "Tetapi mengingat bahwa ini hanyalah awal dari studi, kita sudah menemukan hal yang menarik."

Sebuah respons stres tinggi dapat membawa keuntungan evolusi. Respons tinggi terhadap hormon stres bisa membantu betina - khususnya pengasuh bayi - tetap waspada dan siap untuk mengambil tindakan dalam lingkungan stres.

Namun ada permasalahan yang terjadi. "Bila sistem merespons yang seharusnya tidak boleh atau ketika sistem merespons untuk waktu yang sangat lama sehingga menjadi bersifat mengganggu," kata Bangasser menambahkan.

Meski belum ada yang berhasil mengaitkan temuan pada tikus terhadap perilaku tertentu pada manusia, studi ini merupakan langkah pertama yang penting dalam memahami bagaimana jenis kelamin dan hormon berkontribusi untuk respons seseorang terhadap stres.

Pengetahuan dari studi juga menawarkan harapan untuk menemukan cara-cara untuk lebih mendeteksi dan mengobati gangguan yang berhubungan dengan stres pada pria dan wanita. (poy)

(dr/dr)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Fresh Section