1. HOME
  2. FOODILICIOUS
FRESH

Teh Termahal di Dunia Ini Dipatok Seharga Kijang Innova

Teh itu dihargai Rp327 juta per 20 gram. Minum teh sudah jadi budaya sejak ribuan tahun lalu.

By Rohimat Nurbaya 29 Mei 2016 12:04
Ilustrasi teh (Pixabay)

Money.id - Pada 2002, seorang pembeli kaya raya membayar 180 ribu Yuan atau sekitar Rp372 juta hanya untuk 20 gram teh legendaris bernama Da Hong Pao dari Tiongkok. Harga tersebut terbilang menakjubkan. Memang ada budaya menganggap minum teh adalah sebuah bentuk seni sejak sekitar 1.500 tahun.

Dikutip dari BBC, teh Da Hong Pao yang asli sangat mahal layaknya emas. Harganya hampir US$1,400 atau sekitar Rp19 juta untuk satu gram atau lebih dari US$10,000 atau sekitar Rp135 juta untuk satu kuali. Teh Da Hong Pao adalah salah satu teh yang paling mahal di dunia.

"Meski bernilai sejumput bagi seorang pengemis, tapi sangat berharga untuk seorang Kaisar. Konon teh ini diyakini diturunkan oleh Budha," kata Xiao Hui, pembuat teh di Wuyishan, sebuah kota tepi sungai di Fujian, Tiongkok Selatan.

Dia menunjukkan daun teh Da Hong Pao belum jadi berwarna gelap dan kusut dari kebun teh keluarganya di Wuyishan. Xiao dan keluarganya, pembuat teh selama beberapa generasi, masih pergi ke pegunungan setiap musim semi untuk memanggil dewa teh, Lu Yu, agar membawa tunas baru.

Saat ini, setiap toko di Wuyishan memiliki meja untuk mencicipi teh yang merupakan bagian dari ritual gong fu cha atau kung fu teh. Upacara minum teh Tiongkok yang mendekati tradisi minum teh Jepang -dan rak yang penuh tumpukan daun teh pilihan.

Teh versi kuno harganya sangat mahal, namun teh dengan kualitas biasa dapat mudah ditemui dan bisa ditebus seharga US$100 atau sekitar Rp1,3 juta per kilo di Wuyishan. Namun semua teh Da Hong Pao yang sekarang merupakan keturunan dari satu kelompok pohon induk. Dan pohon-pohon induk ini yang menghasilkan teh asli yang langka dan dicari-cari.

"Teh asli Da Hong Pao begitu mahal karena hampir tidak ada lagi pohon-pohon teh asli yang tersisa. Dan versi kuno itu sangat berharga, hampir tak ternilai harganya," jelas Xiangning Wu, pakar teh lokal.

Bahkan, teh asli itu begitu eksklusif hingga hanya perantara khusus yang bisa mencarikan teh asli Da Hong Pao yang kebanyakan dimiliki para kolektor teh ultra-kaya Tiongkok.

Tapi bukan hanya orang Tiongkok saja yang mengagumi teh Da Hong Pao. Pada tahun 1849, ahli botani Inggris Robert Fortune datang ke pegunungan Wuyishan untuk sebuah misi rahasia yang menjadi bagian dari mata-mata agro-industri yang dijalankan oleh East India Company saat itu.

Orang-orang Inggris terobsesi dengan teh, dan Tiongkok -yang menjadi sumber Inggris untuk membeli sutra dan porselen- adalah satu-satunya tempat untuk mendapatkannya.

Karena itu Inggris ingin membalik ketergantungan terhadap teh dari Tiongkok dengan melakukan apa yang telah dilakukan East India Company dengan tanaman berharga lainnya.

Mereka mencuri biji (kalau bisa steknya) dan menanamnya di tempat lain. Jika Inggris bisa menanam teh sendiri di India, maka mereka bisa mengurangi ketergantungan teh dari Tiongkok.

Namun usaha itu gagal. Benih teh yang diambil dari Guangdong oleh mata-mata sebelumnya tidak bisa tumbuh. Sementara tanaman teh asli India, yang berbeda dengan jenis tanaman teh Tiongkok, rasanya tidak enak.

Kemudian masuklah Fortune. Tujuannya adalah untuk menyelidiki teh terbaik dari Tiongkok yang tidak lain adalah teh Da Hong Pao.

Dan karena Tiongkok sangat tertutup untuk orang asing, maka dibutuhkan penyamaran. Fortune menyewa seorang hamba, memotong rambutnya, menempelkan kuncir palsu dan pergi ke Wuyishan untuk memulai misinya mendapatkan teh Da Hong Pao.

Fortune tinggal di Kuil Tianxin Yongle yang terletak di bawah kebun teh Da Hong Pao. Dia berhasil mendapatkan benih, bibit dan rahasia budidayanya. Ketika sampai di India, biji teh Da Hong Pao, digabung dengan teh India, menjadi cikal bakal dari suatu industri teh yang sekarang bernilai miliaran dolar per tahun. Rupanya, kisah 'pencurian' benih teh Da Hong Pao itu selalu dikenang oleh para biarawan di Kuil Tianxin Yongle.

"Pada abad ke-19, beberapa pemburu tanaman datang dan mengambil benih. Tapi dia tidak tahu bagaimana membuat teh sehingga ia membutuhkan guru untuk mengajarkan kepadanya," kata Zhe Dao, yang sekarang menjadi kepala biara di Tianxin Yongle.

Tianxin Yongle didirikan pada tahun 827 Masehi. Pada tahun 1958, selama era Mao, para biarawan dipaksa keluar dengan membawa pengetahuan tentang pembuatan teh bersama mereka. Ketika Zhe tiba di sebuah kota kuno Suzhou pada tahun 1990, apa yang sedikit tersisa dari kuil diajarkan kepada petani.

"Ternyata hanya tinggal saya. Sekarang saya memiliki banyak murid, dan lima atau enam tahun yang lalu kami mulai membuat teh," jelas Zhe.

Beberapa pohon teh Da Hong Pao asli masih ada di Tianxin Yongle, tapi Zhe meninggalkan pengelolaannya kepada pemerintah. Produksinya diawasi secara ketat -beberapa ratus gram hasil panen setiap tahun diberikan kepada negara. Dan sampai saat ini, pohon-pohon tersebut berada di bawah penjaga bersenjata.

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Foodilicious Section