1. HOME
  2. FOODILICIOUS
INDUSTRI MAKANAN

Manipulasi Genetik Makanan Dimulai Sejak 1980-an

Belum ada cukup penelitian yang mengkonfirmasi risiko mengkonsumsi transgenik, meskipun FDA telah memberi label sebagai 'aman'.

By Stella Maris 13 Februari 2016 18:48
Jagung hasil rekayasa genetik (Flickr)

Money.id - Manusia telah mengembangkan cara-cara baru meningkatkan hasil panen, sejak mengenal bercocok tanam sekitar 12.000 tahun lalu. Manusia juga memodifikasi tanaman secara genetika menggunakan teknologi pembiakan selektif.

Demikian dikatakan Direktur Eksekutif di Biotechnology Center di University of Illinois, Bruce Chasey. Dia menjelaskan, rekayasa genetika itu dilakukan hanya sebagai tanaman pertanian. 

"Tanaman tidak akan pernah bertahan di alam liar tanpa mendapat perawatan dari manusia," kata Chasey seperti dikutip laman Dailymail, Sabtu 13 Februari 2016.

Manipulasi genetik makanan dimulai 1980-an, ketika para peneliti menemukan cara mentransfer potongan khusus DNA dari satu organisme, ke organisme lain. Tapi semuanya berubah pada 1994, ketika tanaman mulai dimodifikasi untuk keperluan pangan.

Berdasarkan laporan The New York Times, Calgene, sebuah perusahaan riset bioteknologi di California, meluncurkan tanaman pertama yang direkayasa secara genetika. Tanaman tomat dengan nama sandi Flavr Savr akhirnya dilempar ke pasar pada tahun itu juga.

Di Amerika Serikat, 93 persen kedelai dan 88 persen jagung adalah transgenik atau telah direkayasa secara genetika. Sementara buah-buahan, seperti squash dan pepaya, telah dimodifikasi agar lebih tahan penyakit.

Namun sebagian besar bahan makanan ini tidak dianggap sebagai bahan pangan olahan. Belum ada cukup penelitian yang mengkonfirmasi risiko dari mengkonsumsi transgenik, meskipun FDA telah memberi label sebagai 'aman'.

Robert Goldberg, ahli biologi tanaman molekuler di University of California mengatakan kepada Scientific American bahwa buah dan sayur yang dimodifikasi seperti 'monster Frankenstein yang merangkak keluar dari lab'.

"Ini adalah sesuatu yang membuat saya sangat depresi," katanya.

Namun David Zilberman, ahli ekonomi pertanian dan lingkungan hidup di University of California, Berkeley, sangat yakin bahwa pemanfaatan hasil pertanian yang sudah dimodifikasi telah menurunkan harga bahan pangan.

"Modifikasi genetik tanaman pangan telah meningkatkan keamanan para petani karena mereka menggunakan lebih sedikit pestisida," kata Zilberman.

Selain itu, lanjut Zilberman, mampu meningkatkan hasil panen jagung, kapas dan kedelai hingga 20 sampai 30 persen.

Dia juga percaya jika teknik ini lebih diterima masyarakat dunia, karena membuat harga bahan pangan lebih rendah dan masyarakat tidak akan menderita kelaparan.

(sm/sm)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Foodilicious Section