1. HOME
  2. FOODILICIOUS
BISNIS

Kunci Keberhasilan 10 Tahun Bisnis Pisang Goreng Pasir

Dia mulai putar otak memikirkan, bagaimana caranya agar pisang pasirnya masih bertahan, dengan omzet yang kini jauh berkurang.

By Dian Rosalina 24 November 2015 16:43
Pisangku (Wisata Seru).

Money.id - Sudah hampir 10 tahun atau satu dekade, camilan kaki lima pisang pasir menjadi idola para pencinta kuliner. Meski nama kudapannya tak lagi setenar dulu, namun pisang pasir masih memiliki penggemar.

Istilah pisang pasir, bukan berarti pisangnya dimasak menggunakan pasir ya. Tetapi pisang goreng tersebut dibalut butiran mirip pasir. Salah satu yang berhasil mengembangkan bisnis pisang goreng pasir itu adalah Wildan.

"Saya mempunyai ide ini saat saya melihat tren pisang pontianak. Waktu itu banyak orang mengantre untuk membeli pisang goreng saja. Setelah saya rasakan sendiri, tidak ada yang spesial dari rasanya. Mereka hanya mengutamakan kreasi, dan demonstrasi pembuatan pisang goreng tersebut," ujar Wildan kepada Money.id, Selasa 24 November 2015.

Berawal dari merasakan pisang pontia itulah, pemilik usaha 'Pisangku, Pisang Goreng Pasir' itu mulai berkreasi dengan pisang pasir buatannya.

Bisnis makanannya itu ternyata disukai banyak orang, menjamur sampai akhirnya Wildan memiliki sekitar 17 gerai yang tersebar di Jakarta Selatan dan Tangerang.

Namun kendala mulai datang. Banyaknya makanan di pasaran, menyadarkan Wildan bahwa pisang bukan prioritas menu yang mengenyangkan.

Wildan pun memutuskan menutup beberapa gerai, tak lain juga dipengaruhi karena mahalnya biaya sewa dan munculnya pedangang pisang pasir sejenis.

"Penyewa tempat melihat dagangan semakin ramai dan akhirnya menaikkan harga sewa tempat. Itulah yang dirasa saya, tidak mampu untuk menanggungnya. Lebih baik mencari alternatif lain," kata pria berusia 45 tahun tersebut.

Inovasi

Saat pisang goreng pasir masih booming, keuntungan yang diperoleh Wildan mencapai ratusan juta rupiah setiap bulannya.

Kemunculkan pedagang usaha sejenis tak dapat ditolak, begitu pula dengan pedagang camilan lain yang ikut diburu pembeli.

Namun Wildan tak putus asa. Dia mulai putar otak memikirkan, bagaimana caranya agar pisang pasirnya masih bertahan, dengan omzet yang kini jauh berkurang. Wildan berinovasi, yaitu dengan membuka booth-booth kecil di beberapa pom bensin.

"Walaupun gerai saya banyak yang tutup, tetapi saya menyiasatinya dengan hadir (berjualan) di pom bensin. Sekarang sudah mencapai 30 booth. Saya berharap dengan inovasi ini, kami bisa menjangkau berbagai kalangan," ujar pria lulusan SMA itu.

Wildan menjelaskan, strategi penjualan dengan booth membuat 'Pisangku' tak dilupakan para pembeli.

Para pelanggannya kini menjadi lebih simpel dan tak perlu repot-repot masuk ke toko, dan harga satu gorengan itu lebih murah dua ribu rupiah.

"Saya menjualnya seharga Rp1.000 per potong. Orang pun banyak yang heran mengapa saya menjualnya sangat murah. Padahal semua bahan baku saya adalah yang terbaik di kelasnya. Sekarang saya lebih 'bermain' di pisang kepok kuning kecil saja dan menjualnya seharga Rp1.000 per potong," ucap Wildan.

Meski keuntungan yang dirasakan tak sebesar dulu, namun kuantitas permintaan konsumen terhadap pisang pasir malah meningkat.

Dalam sehari misalnya, Wildan menghabiskan sekitar 300 potong pisang di tiap gerai dan saat ini di booth kecilnya, dia bisa menghabiskan lebih dari jumlah itu.

Lalu apa yang membuat 'Pisangku' dapat bertahan? Wildan mengaku alasannya hanya karena inovasi yang ditawarkannya pada konsumen.

"Yang terpenting jangan kaku, lalu monoton. Misalnya gerai sepi karena naiknya bahan baku dan biaya sewa, lalu kita menyerah, jangan sampai ada pikiran seperti itu. Kita harus memiliki banyak ide-ide baru dan jangan putus asa," ucap Wildan.

Bukan hanya itu, Wildan mengatakan dirinya lebih memetingkan nasib 130 karyawannya dibandingkan memikirkan cara meraup keuntungan besar dari usahanya itu. (poy)

(sm/dr)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Foodilicious Section