Money.id - Jumlah uang yang mengalir keluar dari China dilaporkan meningkat hingga 15 kali lipat atau 1.500 persen selama sepuluh tahun terakhir. Kondisi ini terjadi di tengah melonjaknya pasar investasi dunia.

Menurut laporan Knight Frank dan Wealth-X bertajuk 'The Wealth Report', jumlah uang yang mengalir ke luar dari negara itu melampaui US$1 triliun pada tahun 2015.

Selain didorong oleh faktor semakin warga kaya di China, investasi ke luar negeri juga terjadi karena mereka memang ingin uangnya dialirkan ke luar China.

Akselerasi ekspansi ekonomi China di dekade terakhir --dengan produk domestik bruto (PDB) China telah berkembang dari sekitar US$ 2,2 triliun pada tahun 2005 menjadi lebih dari US$ 10 triliun tahun lalu-- telah memungkinkan orang di Negeri Tiongkok untuk menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli aset di luar negeri.

Secara total, warga Tiongkok telah membelanjakan US$ 1,013 triliun untuk membeli aset di luar Tiongkok pada tahun 2015, dibandingkan dengan hanya US$ 64 miliar pada tahun 2005.

Dari semua negara yang disurvei oleh laporan Knight Frank, China telah mengalami pertumbuhan terbesar terkait arus uang ke luar negeri. Namun negara-negara Asia lainnya juga mengalami peningkatan aliran uang ke luar negeri yang cukup signifikan.

Thailand adalah satu-satunya negara lain yang mengalami pertumbuhan arus uang ke luar negeri hingga lebih dari 1.000 persen, naik dari US$7 miliar pada tahun 2005, menjadi US$76 miliar tahun lalu.

Investasi luar negeri China mungkin memperlihatkan pertumbuhan terbesar, namun negara ini masih tertinggal dari beberapa negara barat untuk masalah total modal yang diinvestasikan di pasar luar negeri.

AS adalah investor luar negeri terbesar, dengan nilai US$7,3 triliun. Hong Kong, Inggris dan Irlandia juga mengalami peningkatan lebih dari US$1 triliun untuk investasi luar negeri pada tahun 2015.

Selain dana keluar, China juga mencatatkan peningkatan dana masuk ke negeri itu. Sekira US$2,8 triliun telah diinvestasikan pada tahun 2015 di China, meningkat 500 persen dari US$472 miliar pada tahun 2005.