1. HOME
  2. FINANCE
KARTU KREDIT

Suku Bunga Kredit Turun Jadi Single Digit Awal 2017?

Wakil Presiden Jusuf Kalla menjanjikan bahwa penurunan suku bunga kredit akan menjadi single digit (di bawah 10 persen) di awal 2017.

By Abdul Kharis 17 Maret 2016 15:50
Ilustrasi uang (youtube,com)

Money.id - Suku  bunga kredit masih berada di angka dobel digit di tahun 2016. Wakil Presiden Jusuf Kalla menjanjikan bahwa penurunan suku bunga kredit atau pinjaman akan turun secara bertahap sampai akhir 2016, dan akhirnya akan menjadi single digit (di bawah 10 persen) di awal 2017.

Sebelumnya, pemerintah bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI) dan perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan membentuk tim untuk merealisasikan rencana penurunan suku bunga pinjaman.

Dalam perbincangan bisnis yang diadakan oleh "PAS FM" Radio Bisnis Jakarta di Plaza Semanggi pada Rabu malam 16 Maret 2016, Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, mengaku akan menindaklanjuti rencana penurunan bunga dengan membentuk tim bersama.

Sampai akhir tahun ini, ditargetkan single digit itu untuk bunga kredit di tingkat masyarakat dan pinjaman korporasi.

Bahkan, sebelumnya Wapres JK menyampaikan keinginannya bahwa di awal tahun 2017 semua tingkat suku bunga pinjaman bisa menjadi single digit, atau paling tidak sama dengan rata-rata bunga pinjaman yang diberikan bank di negara Asia lainnya.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia, Sandiaga Uno menuturkan, meskipun pihaknya juga mengharapkan suku bunga turun, namun yang menjadi prioritas adalah akses ke kredit yang tidak berbelit-belit.

Meskipun pemerintah sudah menjanjikan Kredit Usaha Rakyat, kata Sandiaga, namun hal tersebut belum memadai untuk membangun sektor UKM.

Di tempat yang sama Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Hariyadi Sukamdani menjelaskan bahwa suku bunga kredit di Indonesia saat ini adalah yang tertinggi di sekitar kawasan, sehingga sangat tidak kompetitif.

Hariyadi menambahkan, penurunan suku bunga harus dilakukan agar Indonesia tidak kehilangan momentum pertumbuhan ekonomi. Kata dia, saat ini kondisi likuiditas di lapangan sangat ketat.

Hal ini menyebabkan bank sentral dan pemerintah harus mengubah cara pandangnya dari kontraksi menjadi ekspansi. Hariyadi juga melihat pengelolaan moneter yang ada saat ini tidak sejalan dengan pengelolaan fiskal. (poy)

(ak/ak)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section