1. HOME
  2. FINANCE
OJEK ONLINE

Ojek Online Makin Hits, Sopir Taksi Kena Batunya

"Awalnya sih gak terpengaruh, tapi makin ke sini, makin terasa. Susah nyari sewa"

By Ita Malau 27 September 2015 09:41
Ojek online makin hits (Go-jek.com)

Money.id - Eksistensi ojek online berbasis aplikasi ternyata tidak saja merugikan para pengemudi ojek pangkalan. Keberadaan Go-Jek, GrabBike, dan yang terbaru, Blu-Jek, diakui juga sudah mulai menggerus pangsa pasar transportasi roda empat taksi.

Hal ini diungkapkan oleh salah seorang sopir taksi Blue Bird bernama Rahmanto. Ia menceritakan bahwa penghasilannya menurun pasca ojek online semakin digemari di Ibukota Jakarta.

"Awalnya sih gak terpengaruh, tapi makin ke sini, makin terasa. Susah nyari sewa, habis sama Go-Jek," ujar Rahmanto saat ditemui di sebuah tempat makan di bilangan Patal Senayan.

Ia lalu menjelaskan, "Mereka itu (ojek online) terlalu murah sih, orang kita kan kalau ada yang murah pasti milih yang murah. Habislah kita (supir taksi)."

Rahmanto berharap semoga ke depannya pemerintah dapat membuat regulasi yang jelas terkait tarif ojek online. "Biar saingannya sehat gitu."

Saat ditanyai apakah tertarik untuk bergabung dengan salah satu penyedia layanan ojek online, sopir taksi yang sudah 19 tahun mengabdi di Blue Bird itu menjawab, "Saya sudah tua, masuk angin kalau motor-motoran terus."

Pada peresmian venue Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD awal Agustus 2015 lalu, founder sekaligus CEO Go-Jek, Nadiem Makarim juga sempat mengemukakan permasalahan standardisasi tarif ojek online.

Pada sesi diskusi industri kreatif yang dipimpin oleh Badan Ekonomi Kreatif (Barekraf) dan dihadiri Presiden Joko Widodo kala itu, Nadiem mengutarakan bahwa industri startup (perusahaan rintisan) di Indonesia tengah berkembang. Untuk sementara, Nadiem meminta agar para pelaku startup (termasuk penyedia jasa ojek online) diberikan kebebasan terlebih dulu dan dibiarkan melakukan self-regulating. "Setelah ekosistemnya kuat, pemainnya makin banyak, baru diregulasi oleh pemerintah," ujarnya.

Sebab, menurut Nadiem, terburu-buru meregulasi sektor industri startup berisiko membuat para pemainnya --yang masih minoritas-- ketakutan terlebih dulu sebelum memulai.

Sejauh ini, para penyedia ojek online seperti Go-Jek, GrabBike dan Blu-Jek memang belum menerapkan tarif reguler kepada para penggunanya. Merea masih mengandalkan dana investasi untuk menggelontorkan promo-promo menggiurkan bagi pengguna. Hal ini dilakukan guna menciptakan pasar yang lebih luas. (AM/ita)

(im)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section