1. HOME
  2. FINANCE
FINANCE

Terimbas Fruktuasi Rupiah, Unilever Tetap Tumbuh

“Pelemahan ini menjadi tantangan besar bagi kami, karena sekitar 55 persen input costs kami berkaitan dengan hard currencies,” jelas Sancoyo..

By Nur Chandra Laksana 31 Maret 2016 20:05
Ilustrasi Uang (Dwi Narwoko/money.id)

Money.id - Tak dapat dipungkiri, perekonomian makro di Indonesia memang tercatat masih melambat pada 2015. Namun, ditengah-tengah perlambatan perekonomian di Indoneisa, ada beberapa perusahaan yang mampu mencatatkan hasil yang cukup tinggi.

Salah satunya adalah perusahaan multinasional yang bermarkas di Rotterdam, Belanda dan juga di London, Inggris, Unilever. Pada tahun 2015, Unilever Indonesia tercatat meraih pertumbuhan penjualan sebesar 5,7 persen.

“Pertumbuhan penjualan Unilever Indoneisa yang hanya single-digit di 2015 memang sangat dipengaruhi oleh kondisi makro-ekonomo Indonesia yang masih kondusif,” tutur Direktur Governance & Corporate Affairs dan Sekretaris Perusahaan Sancoyo Antarikso dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 31 Maret 2016.

"Namun, kami tetap berhasil membukukan pertumbuhan penjualan dalam negeri sebesar 6,6 persen pada 2015. Tapi, karena ada penurunan penjualan untuk ekspor, secara keseluruhan total pertumbuhan penjualan ditutup di 5,7 persen, yang tetap positif,” tambah dia.

Namun, kendala Unilever bukan sampai di situ saja. dengan besarnya nilai fruktuatif rupiah, hingga di titik terendahnya hingga menyentuh Rp14,697 per Dollar Amerika, berimbas sangat besar terhadap Unilever.

“Pelemahan ini menjadi tantangan besar bagi kami, karena sekitar 55 persen input costs kami berkaitan dengan hard currencies,” jelas Sancoyo.

Namun, dengan semua hal tersebut, Unilever Indonesia berhasil mendapatkan peningkatan pendapatan dengan nilai sekitar Rp36,5 triliun. Sedangkan di sisi laba bersih, Unilever Indonesia berhasil meningkatkan pendapatan mereka dengan nilai Rp5,85 triliun pada 2015.

Tetap Memegang Komitmen

Meskipun banyak tantangan ekonomi yang dihadapi oleh Unilever Indonesia, mereka tetap memegang komitmen mereka. Mereka tetap menggiatkan investasi di sepanjang rantai nilai, guna mempertahankan keunggulan mereka.

Salah satu caranya adalah dengan membuka sebuah pabrik bumbu masak baru yang ditempatkan di Cikarang pada Agustus 2015. Peresmian pabrik ini juga dihadiri oleh Menteri Perindustrian, Saleh Husin.

Pabrik yang dipersenjatai dengan teknologi tinggi ini memang dipersiapkan untuk bisnis jangka panjang mereka di Indonesia. Selain itu, pabrik ini juga mendapatkan mendapatkan penghargaan Silver Certificate for Leadership in Energy dan Environmental Design (LEED) dari U.S. Green Building Council.

Tetap Optimis

Memang pencapaian di tahun 2015 tidak seperti yang diharapkan oleh pihak Unilever Indonesia. Namun, melihat perekonomian yang sudah membaik di 2016, Unilever mengaku optimis dalam menjalankan bisnis di 2016. Namun hal itu tetap dilakukan dengan hati-hati.

“Kami akan tak henti-hentinya berfokus untuk memahami konsumen, menganalisis pergeseran perilaku dan preferensi mereka, untuk dapat mengembangkan inovasi yang secara jitu menjawab kebutuhan mereka,” tutup Sancoyo.

 

Baca Juga :

(ncl/ncl)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section