1. HOME
  2. FASHION-BIZ
FASHION

Industri Fashion Muslim Diharapkan Dorong Ekspor Indonesia

Ekspor fashion Muslim sempat mencatat US$4,57 miliar, diharapkan akan terus bertambah tahun ini.

By Dian Rosalina 30 Maret 2016 18:45
Gathering Muslim Fashion Festival Indonesia, di Kementerian Perindustrian, Jakarta (Money.id/Dian Rosa)

Money.id - Demi memajukan pertumbuhan ekonomi negara, beberapa cara dilakukan oleh pemerintah salah satunya adalah menumbuhkan kegiatan ekspor. Melihat hal tersebut Direktorat Jendral Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan berupaya untuk memanfaatkan sektor mode agar bisa mengembangkan sistem ekspor nasional.

Direktur Pengembangan Produk Ekspor DJPEN, Sulistyawati mengatakan Kementerian Perdagangan, sangat konsisten mulai beberapa tahun lalu mengembangkan ekspor khususnya fashion muslim. Sebab mereka melihat bahwa potensi fashion muslim di Indonesia sangat besar.

"Kenapa fashion muslim, kita tahu prospeknga cukup bagus. Muslim Fashion Festival Indonesia 2016 nanti adalah wujud nyata bahwa Indonesia punya potensi memajukan fashion muslim," kata Sulistyawati dalam Gathering Muslim Fashion Festival Indonesia, di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu 30 Maret 2016.

Ia menjelaskan pemerintah mendukung kegiatan yang memfasilitasi guna meningkatkan kualitas ekspor fashion muslim, seperti pengembangan merek, kekayaan intelektual, ekspor dan impor.

Pada tahun 2011-2015 peningkatan ekspor non-migas hingga US$18 Miliar. Mereka pun mencoba mengelompokkan khususnya fashion muslim pada dan mencatat ekspornya US$4,57 Miliar, Sulistyawati berharap akan bertambah lagi pada tahun ini.

"Kalau fashion muslimnya sendiri sudah menduduki pasar di Amerika, Jerman, Jepang, China, Arab, dan Swiss. Dari tahun ke tahun kami melihat mulai meningkat. Dan pada tahun ini, kami menyediakan fasilitas untuk para desainer, seperti gedung untuk seminar, klinik bisnis, klinik desain, bahkan perpustakaan material juga ada," kata dia.

Selain itu, mereka pun memfasilitasi pendampingan untuk para desainer di daerah untuk berkeliling di beberapa propinsi untuk mengenalkan produknya selama enam bulan. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk mereka.

"Tahun kemarin program ini cukup berhasil, 11 propinsi membuat suatu produk, lalu kami undang buyers dari luar negeri. Dan di antaranya mereka langsung memesan produk dari daerah tersebut," cerita Sulistyawati.

Pada tahun ini, DJPEN sedang memfasilitasi 30 pelaku usaha bidang fashion agar berkembang. Ia berharap pelaku fashion ini memiliki pondasi yang kuat, sehingga bisa menguasai pasar lokal maupun internasional.

"Kami berharap di ajang MFF Indonesia 2016, produk-produk Indonesia bisa dilirik distributor besar, agar bisa memicu ekspor non-migas," ujar di

Standarisasi Fashion Muslim Indonesia

Untuk mewujudkan Indonesia sebagai destinasi fashion muslim dunia pada tahun 2020 mendatang, beberapa instansi pemerintah seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Perekonomian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dan Badan Ekonomi kreatif bekerja sama dengan para pelaku bisnis mode dan desainer muslim Indonesia.

Hal tersebut diwujudkan dalam berbagai regulasi yang dibuat oleh masing-masing kementerian.

Seperti Kementerian Perindustrian mulai berperan memberdayakan sektor industri mode melalui program sosialisasi standarisasi ukuran dan mempersiapkan industri hijau. Dirjen Industri Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian, Euis Saedah mengatakan Kementerian Perindustrian telah merilis buku tentang standar busana Indonesia.

"Sudah rilis hanya tinggal disosialisasikan saja. Yang distandarkan itu seperti material-material busananya, pewarnaan kemudian bahan-bahan jahit pun harus memiliki standar. Jangan mau kalah seperti Inggris dan Amerika Serikat, oleh karena itu Kementerian Perindustrian memfasilitasi hal tersebut," ujar Euis.

Ia pun menambahkan, Standar Nasional Indonesia untuk busana sebenarnya sudah ada. Namun sayangnya masih belum direalisasikan karena masih fokus dengan standarisasi material dari pembuatan sebuah busana.

Tidak hanya itu, Euis mengatakan pemerintah mendorong industri tekstil dengan memberikan subsidi dalam bentuk biaya pembelian mesin. Meski tidak membantu sepenuhnya, namun ia berharap bisa sedikit membantu perusahaan yang ingin memajukan industrinya.

"Jika punya perusahaan tekstil atau garmen, dan memiliki karyawan lebih dari 30 orang, kami bisa membantu membayar hingga 70 persen dari harga mesin yang dibeli di Indonesia, tapi untuk mesin yang diimpor, kami hanya bisa menanggung sebesar 30 persen saja. Selain itu kami juga memberikan pelatihan-pelatihan menjahit untuk para pelaku mode," kata wanita berhijab tersebut.

Ia berharap hal tersebut bisa mendorong ekspor Indonesia khususnya non-migas agar lebih maju.

Baca Juga

(da/dr)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Fashion-Biz Section