Money.id - Beberapa waktu lalu, Facebook mengumumkan dengan bangga bahwa dua aplikasi pesan instannya, yakni WhatsApp dan Facebook Messenger, kini mewadahi 60 miliar pesan dalam sehari.

Raihan itu diklaim sudah jauh melampaui lalu lintas SMS per hari yang kini 'hanya' mencapai 20 miliar saja.

Ya, faktanya SMS memang sudah ditinggalkan oleh banyak pengguna ponsel. Selain teknologinya yang terlampau jadul, SMS juga memerlukan biaya yang dianggap sudah tidak relevan dengan era internet yang serba gratis.

Selain itu, ternyata SMS juga memiliki celah keamanan yang dapat merugikan penggunanya.

Berdasarkan penuturan Micah Lee, seorang ahli di bidang teknologi keamanan perangkat mobile, para pengguna disarankan untuk mulai menghentikan proses berkomunikasi via SMS. Sebab, teks yang dikirimkan melalui SMS sangat mudah untuk diretas.

"Dengan SMS biasa, Anda memiliki privasi yang sangat terbatas karena pesan teks tidak dienkripsi," ujar pria yang menjabat sebagai Technology Analyst di situs investigasi The Intercept seperti dikutip dari laman USA Today, Kamis 21 April 2016.

Seperti yang diketahui, aplikasi pesan instan (chatting) populer seperti WhatsApp, Facebook Messenger dan BBM memang sudah dilengkapi dengan teknologi enkripsi.

Pada WhatsApp contohnya, teks antar pengguna terenkripsi dari dua arah (end-to-end encryption), mulai dari proses si pengirim memencet tombol send hingga sampai di perangkat penerima pesan. Dengan kata lain, isi pesan hanya bisa dilihat oleh pengirim dan penerima pesan saja.

Teknologi seperti ini belum diterapkan pada platform SMS. Oleh karenanya, Micah Lee menganggapnya sebagai celah keamanan berbahaya bagi privasi pengguna.