1. HOME
  2. DIGITAL
GOOGLE DOODLE

Mengenal Prof Samadikun, Bapak Mikroelektronika Dunia Asal Indonesia

Beliau diberi penghormatan dengan muncul di Google Doodle hari ini, Kamis 15 April 2016.

By Adhi 15 April 2016 11:50
Prof. Samadikun di Google Doodle (Google.co.id)

Money.id - Nama Prof. Dr. Samaun Samadikun memang saat ini kurang populer. Namun faktanya, sang bapak mikroelektronika ini bahkan dihormati namanya oleh Google, dengan didapuk sebagai Doodle karya Sophie Diao di laman muka Google Search hari ini, Kamis 15 April 2016.

Siapakah Profesor Samadikun?

Ia dilahirkan di Magetan, 15 April 85 tahun silam ini. Prof. Samadikun merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung dan berkarir sebagai pengajar di kampus tersebut.

Gelar pendidikan sang profesor tidak main main. Dia memperoleh gelar pascasarjana di ITB pada tahun 1957, dan gelar Ph.D di jurusan teknik elektro dari Stanford University, Amerika Serikat. Selain itu beliau juga memperoleh Postgraduate Diploma di bidang teknik nuklir dari Queen Mary, London University.

Karya terbaik yang dibuat Prof. Samadikun adalah paten tentang 'Method for forming regions of predetermined thickness in silicon,' yang dikembangkannya bersama K.D Wise, di Universitas Stanford pada tahun 1975 silam.

Selain itu, Prof. Samadikun juga berjasa besar dalam bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan di masa bersitegang antara Indonesia dan Belanda terkait kasus Irian Barat, Prof Samadikun yang saat itu adalah mahasiswa teladan, mengisi kekosongan staf pengajar yang ditinggalkan staf dari Eropa. Akhirnya dia dikirim untuk sekolah di Amerika Serikat dan kembali mengabdi di bidang pendidikan Indonesia.

Jasanya di bidang teknologi Indonesia juga tak main-main, di mana dia memprakarsai berdirinya Bandung High Technology Valley (BHTV), yang mendorong investasi dari luar untuk kemajuan teknologi di Indonesia. Ia juga ingin menjadikan Bandung sebagai "kota chip."

Pada 15 November 2006, sang profesor meninggal dunia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Sudah sangat banyak jasa beliau bagi teknologi Indonesia, dan beliau adalah salah satu alasan mengapa ITB dan dunia sains Indonesia tetap eksis sampai saat ini.

Baca juga:

(a/a)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Digital Section