1. HOME
  2. DIGITAL
DIGITAL

Digempur Toko Online, Omzet Penjual Hiasan Imlek Merosot

Para pedagang konvensional mengaku omzet mereka turun hingga seperempatnya.

By Nur Chandra Laksana 2 Februari 2016 18:57
Ilustrasi Pedagang Konvensional (Dwi Narwoko/money.id)

Money.id - Perkembangan ekosistem toko online di Indonesia saat ini tengah melaju dengan kecepatan penuh. Begitu banyak bermunculan pedagang-pedagang baru yang memanfaatkan internet untuk memasarkan produk mereka.

Internet sejatinya memang membuka peluang selebar-lebarnya bagi siapapun untuk berbisnis. 

Bukan hanya pedagang serius, di ranah online banyak pula jenis pedagang musiman yang muncul bertepatan dengan momen istimewa.

Seperti menjelang Hari Raya Imlek contohnya. Kini kita dapat dengan mudah menemukan berbagai pernak-pernik hiasan Imlek di toko online. Tinggal pesan, lalu barang pun datang diantarkan sampai ke depan pintu rumah.

Tak perlu repot-repot bermacet-macetan keluar rumah. Terlebih, harga yang ditawarkan pun cuku bersaing dengan toko konvensional yang tidak memanfaatkan platform digital.

Meski memberikan kemudahan kepada para konsumen, faktanya perkembangan toko online tak dapat dipungkiri secara perlaha-lahan "membunuh" para pedagang konvensional.

Menurut Tjandra, penjual pernak pernik Imlek musiman di Mangga Dua, Jakarta, semenjak maraknya orang berjualan secara online, keuntungannya menurun cukup drastis.

"Semenjak penjual online marak mulai tahun lalu, omzet saya turun, hampir berkurang sepertempatnya," kata Tjandra saat ditemui Money.id, Selasa 2 Februari 2016.

Tjandra mengakui barang yang ia dagangkan dijual dengan harga sedikit lebih mahal dibanding yang dijajakan oleh para pedagang online.

Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya sewa tempat dan retribusi yang harus dikeluarkan oleh pedagang konvensional.

"Ini saya jual dengan keuntungan mepet. Harga modal barang saja hampir sama dengan yang dijual oleh pedagang online. Belum lagi menambah buat sewa tempat dan biaya keamanan sekitar. Jadi ya kita ga bisa bersaing dengan mereka," kata pria yang mengaku sebagai warga keturunan Tionghoa asli.

Meski begitu, Tjandra masih bersyukur karena pembeli yang datang ke toko miliknya masih lumayan banyak.

Kebanyakan yang membeli di tempatnya adalah orang yang sudah tua, atau orang-orang yang tinggal di sekitaran toko miliknya. 

Mereka-mereka ini, ujar Tjandra, masih asing dengan sistem belanja online. Jadi, mereka lebih memilih untuk berbelanja secara konvensional.

"Kalau yang beli sih, untungnya masih ada saja. Biasanya yang beli kakek-kakek atau nenek-nenek, atau orang yang tinggal di sekitaran toko saya. Tidak mau ribet katanya," ujar pria yang memiliki nama etnis 'Bao Liu' itu. (dhi/poy)

(ncl/ncl)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Digital Section