Money.id - Ternyata, demo rusuh menolak eksistensi taksi online tidak saja terjadi di Indonesia. Keberadaan layanan transportasi pelat hitam berbasis aplikasi juga menjadi kontroversi di sejumlah negara lain.

Ya, taksi online Uber sejauh ini memang sudah beroperasi di 57 negara. Akan tetapi, sama seperti di Indonesia, eksistensi Uber menjadi kontroversi dan mengundang kecaman dari para penyedia jasa layanan taksi reguler.

Di tahun 2016 saja setidaknya telah terjadi tiga demonstrasi besar di berbagai negara karena keberadaan Uber.

Berbagai sumber melaporkan, sopir taksi di Madrid, Spanyol melakukan protes terhadap Uber pada pertengahan Februari lalu. Sementara itu, pada awal Maret, Uber diprotes oleh sopir taksi di Guadalajara, Meksiko. Kejadian serupa juga terjadi di Kairo, Mesir.

Itu tentunya belum seberapa. Pada pertengahan 2015, kerusuhan terjadi di Paris ketika para sopir taksi melakukan protes menentang beroperasinya taksi Uber.

Para demonstran membakar ban, dan melakukan pemblokiran jalan. Beberapa kelompok pengemudi taksi bahkan memburu para pengemudi taksi Uber di Bandara Charles de Gaulle dan Roissy.

(Suasana kerusuhan demo Uber di Paris/geekwire.com)

Satu unit mobil mewah Limosin yang diduga beroperasi sebagai taksi Uber digulingkan di Charles de Gaulle dan Porte Maillot di tepi Kota Paris. Pasukan anti huru-hara terpaksa diterjunkan untuk mengendalikan situasi yang semakin memburuk.

Seperti dikutip dari laman Daily Mail, Kepolisan Kota Paris mengatakan ada 70 mobil rusak dan tujuh petugas polisi terluka dalam demonstrasi ini. Sepuluh orang pendemo pun ditahan. (poy)