1. HOME
  2. DIGITAL
WHATSAPP

Tukang Sapu Itu Kini Jadi Miliarder Aplikasi Chatting

Kebutuhan sehari-harinya bergantung pada jaminan sosial sehingga ia harus mengantre kupon makanan.

By Ita Malau 29 September 2015 14:47
Founder Whatsapp, Brian Acton dan Jan Koum (Fobert Gallagher for Forbes)

Money.id - Siapa yang tidak tahu WhatsApp? Ya, WhatsApp adalah salah satu aplikasi pesan instan (chatting) terpopuler di dunia. Mereka mengklaim kini memiliki 900 juta pengguna aktif bulanan (monthly active users).

WhatsApp didirikan oleh Jan Koum pada awal 2009. Koum adalah seorang imigran yang hijrah dari kampung halamannya Ukraina ke Mountain View, California, Amerika Serikat saat berusia 16 tahun. Bersama ibunya, ia bermimpi meraih kehidupan yang jauh lebih layak di AS.

Ayahnya sendiri memilih untuk tetap tinggal di Ukraina dan bekerja di bidang konstruksi. Sejak saat itu, Koum harus bekerja keras bertahan hidup di AS bersama sang ibu.

Menurut yang dikutip dari laman Forbes, Koum tinggal di apartemen sederhana milik pemerintah bersama ibunya. Kebutuhan sehari-harinya bergantung pada jaminan sosial sehingga ia harus mengantre kupon makanan.

Untuk memenuhi kebutuhan, Koum bahkan sempat bekerja sebagai tukang sapu di sebuah toko kelontong. Sementara ibunya menjadi baby sitter.

Hacker

Kerja keras mereka membuahkan hasil. Koum pun bisa kuliah dan memiilih untuk mempelajari ilmu komputer dan matematika di San Jose State University.

Namun sayang, kesempatan itu tidak dimanfaatkan dengan baik oleh Koum. Ia tidak pernah menyelesaikan studinya. "Prestasi saya sangat buruk, dan pada dasarnya saya memang tidak suka kuliah," ungkap Koum.

Putus kuliah, Koum pun memutuskan untuk bergabung dengan komunitas hacker berbekal kemampuan komputasi yang dimilikinya. Ia bergabung dengan kelompok hacker yang menamakan diri sebagai "w00w00". Kelompok hacker ini awalnya adalah anggota forum di chatting Efnet.

Di forum tersebut, pergaulan Koum dengan para pegiat industri teknologi tercipta. Di sana ia berkenalan dengan pendiri Napster Sean Fanning dan Brian Acton dari Yahoo.

Tak perlu waktu lama, Brian Acton pun mengajak Koum untuk bekerja di Yahoo. Dan pada 1997, Koum secara resmi bergabung dengan Yahoo.

WhatsApp

Setelah sembilan tahun bekerja di Yahoo, Koum akhirnya memutuskan untuk mundur. Salah satu penyebabnya adalah ia membenci cara Yahoo memonetasi layanannya menggunakan iklan digital. Koum yang idealis menganggap iklan digital merusak pengalaman pengguna.

Sang sahabat, Brian Acton rupanya memiliki pemikiran yang sama dengan Koum. Duet ini akhirnya memutuskan untuk mundur dari Yahoo pada 31 Oktober 2007.

Berbekal uang tabungan yang dikumpulkannya selama bekerja di Yahoo, Koum pun memutuskan untuk mendrikan WhatsApp Inc di California pada 2009. Ia berjanji bahwa layanan aplikasi chatting-nya tidak akan dimonetasi lewat jalur iklan digital.

WhatsApp pun booming. Menawarkan kemudahan akses dan pengalaman ber-chatting-ria yang stabil, pada awal 2013 WhatsApp meraih 300 juta pengguna, dan pada awal 2014 bertambah menjadi 400 juta pengguna.

Performa ciamik WhatsApp menarik perhatian banya perusahaan raksasa teknologi. Beruntung bagi Facebook, di penghujung 2014, jejaring sosial milik Mark Zuckerberg itu pun akhirnya resmi mengakuisisi WhatsApp dengan mahar mencapai US$19 miliar.

Hebatnya, Koum tidak disingkirkan oleh Facebook. Ia justru tetap menjadi CEO dan diganjar kepemilikan sebesar 45% di dalam WhatsApp. Yang artinya, Koum kebagian jatah US$6,8 miliar atau setara Rp 80 triliunan dalam bentuk uang tunai atau dapat dikonversikan dalam bentuk lembar saham Facebook. (AM/ita)

Baca Juga

(im)

Komentar

Recommended

What Next

More From Digital Section